Porsi Ikhtiar dan Doa, Terbebas dari Bahaya Pandemi Covid-19
Di masa pandemi Covid-19, ikhtiar lahir dan batin harus dilakukan. Secara lahiriah, kita hidup dengan protokol kesehatan harus menjadi perhatian.
Begitu pun, harus ada ikhtiar rohaniah agar kita terbebas dari bahaya pandemi Covid-19. Berikut Ustadz Ma'ruf Khzon, Pengasuh Pesantren Aswaja Sukolilo Surabaya, memberikan pesan-pesan penting:
Dulu di zaman Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wasallam sudah ada wabah penyakit yang menular. Semua selesai dengan doa Nabi (HR Bukhari dan Muslim)
Di masa Sayidina Umar sudah tidak bertumpu pada doa sepenuhnya, tapi ikhtiar dan usaha. Terbukti ketika Sayidina Umar ditanya oleh Abu Ubaidah bin Jarrah saat beliau tidak jadi berangkat ke Negeri Syam yang mengalami penyakit Thaun:
ﺃَﻓِﺮَاﺭًا ﻣِﻦْ ﻗﺪﺭ اﻟﻠَّﻪِ؟
Apakah engkau lari dari takdir Allah?
ﻓَﻘَﺎﻝَ ﻋُﻤَﺮُ: ﻧَﻌَﻢْ ﻧﻔﺮ ﻣِﻦْ ﻗَﺪَﺭِ اﻟﻠَّﻪِ ﺇِﻟَﻰ ﻗَﺪَﺭِ اﻟﻠَّﻪِ
Umar berkata: "Ya, kami lari dari takdir Allah menuju takdir Allah yang lain" (Sahih Bukhari)
Kita pun menggunakan keduanya, ikhtiar dan doa. Namun di dunia ini kita meyakini kausalitas (sebab musabab) dan keajaiban. Tetapi porsinya adalah 90% untuk usaha dan 10% untuk doa (keterangan dari Dr. Atoillah Isvandiary).
Doa sehat dan jauh dari penyakit tetap kita baca, namun upaya pakai masker, cuci tangan, jaga jarak dan lainnya tetap diutamakan.
*) Disampaikan Ustadz Ma'ruf Khozin dalam Ngaji Sejarah Wabah Penyakit, sejak masa Nabi, para Sahabat dan masa Ulama Salaf di RSI Wonokromo, Surabaya.