Pontang-panting Cari Rumah Sakit, Ibu Hamil di Pamekasan Wafat
Ibu hamil berusia 25 tahun, Nurul Lita Dianasari, warga Pamekasan, Madura, meregang nyawa ketika hendak melahirkan. Ia meninggal setelah pontang-panting mencari rumah sakit untuk membantunya melahirkan bayi di dalam kandungannya.
Bidan Desa tak Sanggup
Saat hendak melahirkan, keluarga membawa Nurul Lita ke bidan desa setempat. Namun, bidan membutuhkan bantuan dalam menangani persalinan ibu hamil. Sehingga diputuskan untuk membawa ibu hamil ke rumah sakit yang lebih lengkap fasilitas medisnya.
"Pembukaan kesepuluh ini, istri saya sudah tidak dapat menghela napas lega alias sesak. Tenaganya habis. Bidan kemudian membawa istri ke RS," kata Taufiqurrahman, suami ibu hamil, kepada cnnindonesia, dikutip Selasam 20 Juli 2021.
Rumah Sakit Penuh Pasien Covid
Rumah sakit pertama yang dituju adalah Kusuma Hospital. Setiba di rumah sakit tersebut, pihak RS tak merawat ibu hamil. Sebabnya, kadar oksigen ibu hamil sangat rendah.
Kusuma Hospital kemudian menyarankan agar dibawa ke RS Mohammad Noer. Di RS tersebur, ibu hamil ditolak lantaran RS mengaku sudah penuh dengan pasien Covid-19.
Taufiq, ibu hamil, dan bidan pun pergi ke RS ketiga, yaitu RS Larasati. Setelah sempat berdiskusi rumah sakit tersebut menyarankan agar membawa ibu hamil ke RSUD.
Maka RSUD dr H Slamet Martordirdjo menjadi pemberhentian keempat bagi ibu hamil dan keluarga yang sedang berjuang untuk melahirkan. Jaraknya hanya 3 kilometer dari RS Larasati.
Di rumah sakit tersebut, ibu hamil tak segera mendapat penanganan meski kondisi telah kritis. Petugas masih mencari tempat kosong di halaman belakang rumah sakit. Setelah mendapat tempat, keluarga melihat kondisi ibu hamil sudah sangat pucat.
"Mulai pagi hingga sore, menjelang magrib baru masuk rumah sakit. Apa tidak kepayahan dan kelelahan istri saya," kata Taufiq.
Di rumah sakit itu pula, ibu hamil dan bayi di dalam kandungannya mengembuskan napas terakhirnya.
Kepala Desa Ikut Berduka
Kisah tragis yang dialami Lita tersebut disambut dengan ucapan duka oleh Kepala Desa Kaduara Barat, Endang Susilawati Ningsih.
Pengalaman itu menjadi bukti bahwa masyarakat di kurang mendapat pelayanan medis yang memuaskan dari rumah sakit selama pandemi. "Memang sudah beberapa RS dikunjungi tapi tetap ditolak. Semoga ada hikmah dari peristiwa ini," kata Endang. (Cni)