Ponpes di Malang Olah Keju Mozzarella Jadi Produk Unggulan Santri
Pondok Pesantren (Ponpes) Bahrul Maghfiroh di Kota Malang, memiliki laboratorium pengolahan keju. Laboratorium tersebut digunakan oleh pihak ponpes untuk melatih para santri membuat keju mozzarella.
"Pesantren ini punya produk unggulan yaitu keju mozzarella. Di sini kami punya laboratorium pengelolaan keju mozzarella," ujar Pengasuh Ponpes Bachrul Maghfiroh, Mohammad Bisri, pada Jumat 6 November 2020 dalam acara Road Show One Pesantren One Product dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jatim.
Per bulannya, kata Bisri, Ponpes Bachrul Maghfiroh mampu memproduksi sebanyak 4 ton keju mozzarella. Satu kilogram keju mozzarella dijual dengan harga sekitar Rp80 ribu ke atas.
"Dipasarkan seluruh Indonesia. Kami sudah melakukan survei pasar. Paling besar 60 persen (pemesanan) di Jakarta. Ini kami lagi buka gudang di Jakarta," katanya.
Bisri menuturkan laboratorium pengolahan keju tersebut sudah dibuka hampir satu tahun lamanya. Fungsinya selain dapat mendatangkan profit bagi ponpes, namun juga sebagai media belajar bagi para santri.
Dalam pengolahan keju kata Bisri butuh disiplin ilmu seperti biologi dan kimia. Maka dari itu laboratorium tersebut merupakan wadah dari aplikasi disiplin ilmu itu.
"Kurikulumnya kami kolaborasikan misalnya biologi. Jangan hanya teori saja. Kimia misalnya berfungsi untuk keju. Saat mereka SMA itu dua pekan ke lab dua pekan belajar," terangnya.
Produk keju mozzarella dari Ponpes Bachrul Maghfiroh tersebut masuk dalam pengembangan program One Pesantren One Product (OPOP).
Sekretaris Umum OPOP Jatim, Mohammad Ghofirin, menjelaskan bahwa pesantren di Jawa Timur diajak bersama-sama bangkit dan berdikari dalam hal perekonomian.
"OPOP itu program prioritas Gubernur. Beliau (Khofifah) ingin pesantren di Jatim yang jumlahnya kisaran 6 ribu semuanya mengembangkan bisnis," ujarnya.
Ditambahkan oleh, Kepala Perwakilan BI Jatim, Difi Ahmad Johansyah mengatakan pihaknya siap mendukung program OPOP dari Pemprov Jatim untuk menggerakkan ekonomi pesantren.
"Kami ingin membangun kemandirian ekonomi di pesantren melalui tiga jalur antripreneur, pesantrenpreneur, dan sosiopreneur," terangnya.