Ponpes Al-Hikmah Mlaten, Komitmen Berdakwah Islam yang Meneduhkan
Pengasuh Pondok Pesantren Al-Hikmah Mlathen Kauman Tulungagung, KH Hadi Muhammad Muhfudz mengingatkan, pentingnya mengembangkan dakwah dengan jalan damai dan meneduhkan. Islam yang memberikan keteduhan kepada para pemeluknya dan sekaligus mengajak berbuat kebaikan untuk kemajuan bersama.
Dengan mengajak kepada masyarakat secara luas, Islam akan bisa diterima dengan tanpa menimbulkan ketegangan dan ketersinggungan pihak lain.
"Kami melanjutkan tradisi yang tertanam di masyarakat, yang telah diperjuangkan para ulama terdahulu," tutur Kiai Hadi, yang juga Ketua MUI Tulungagung.
Menurut Kiai Hadi, berdakwah perlu adanya strategi dan pranata yang mudah diterima masyarakat, khususnya orang awam. Maka, menurutnya, karakteristik yang khas pesantren dengan metode yang bisa diterima masyarakat.
"Di sinilah, nilai-nilai Islam tidak tertanam dengan menyalahkan pihak lain yang tak sepaham. Tapi, justru mengajak memahami Islam dengan kesadaran keilmuan yang penuh," kata Kiai Hadi, dalam keterangan Selasa, 22 Juni 2021.
Dengan mempertimbangkan budaya masyarakat dan tidak menyalahkan tradisi, niscaya Islam bisa diterima dengan damai. Dengan saling memahami, Islam bahkan lebih bisa diterima dengan baik oleh masyarakat di Jawa secara luas.
"Tradisi di tengah masyarakat menjadi bagian penting untuk digarami dengan nilai-nilai Islam. Sehingga, tidak terjadi benturan. Tapi, malah Islam tertanam dengan subur di masyarakat," tutur Kiai Hadi, yang akrab dengan KH Abdurrahman Wahid.
Keakrabannya dengan Gus Dur tercermin dari humor-humor yang disampaikannya. Dengan humor, menurut Kiai Hadi, kehidupan akan terasa lebih imbang di tengah persoalan yang kita hadapi bersama.
Ajak Santri Sehat Bersama Plossa dan Amunizer
Para santri tetap melakukan aktivitas belajar mengajar sesuai dengan aturan di Pondok Pesantren di kawasan Kauman Tulungagung ini. Menjaga kesehatan bagi santri sangat penting. Dengan tetap menjaga kesehatan dan penguatan imun, para santri akan mudah menerima pengajaran dengan baik.
Tentu, para santri akan merasa lebih diperhatikan bila ada pelayanan dari pihak Ponpes. Kiai Hadi Muhammad Mahfudz menganjurkan para santri untuk menggunakan Plossa inhaler Aromaterapi dan Amunizer.
Kiai Hadi pada kesempatan itu, menerima Ketua LPBINU Jawa Timur, Syaiful Amin dan Minggus Hadinata, Brand Activity Executive (BAE) East Java PT Sari Enesis Indah bersama timnya, belum lama ini. Dengan menyampaikan bantuan berupa, berupa Amunizer Vitamin C 1000Mg Sachet sebanyak 2.160 atau 5 karton dan Plossa inhaler Aromaterapi sebanyak 720 buah.
Minggus Hadinata menjelaskan, pihaknya sangat peduli terhadap pelaksanaan proses pendidikan pesantren di Jawa Timur. Karena itu, selama pandemi Covid-19, sebanyak 18 pondok pesantren menjadi sasaran kepeduliannya agar para santri tetap belajar dengan baik, karena imunitas kesehatannya terjaga dengan baik.
"Kami menyadari, di masa pandemi ini peran tiap sektor sangat dibutuhkan untuk membantu memutus mata rantai penyebaran Covid-19 baik di lingkungan masyarakat maupun lingkungan pendidikan, khususnya di pesantren-pesantren, yang aktif setia harinya," tutur Minggus Hadinata.
Ia berharap, bantuan yang diberikan dapat meningkatkan daya tahan tubuh serta membantu mencegah penyebaran Covid-19 di pesantren-pesantren di Jawa Timur yang jumlahnya terbanyak di Indonesia.
Menurutnya, bantuan plossa yang disalurkan ke pesantren ini bisa menjadi solusi mencegah penyebaran virus.
"Plossa inhaler ini memiliki fungsi yang bisa melegakan saluran pernafasan. Caranya dioleskan di kain bagian luar masker tiga kali setiap 15 menit sekali, mampu mengusir virus dan napas menjadi plong, karena memiliki kandungan menthol," kata Minggus, seraya menambahkan, Plossa ada 3 varian, yang salah satu variannya (Plossa Hijau) mengandung eucalyptus.
Sedang Amunizer merupakan minuman herbal alami, yang di dalamnya terkandung buah aldeberry dan zinc yang berfungsi untuk menjaga daya tahan tubuh secara maksimal, agar tidak gampang sakit.
"Jadi lebih dari vitamin C biasa," tutur Minggus, menambahkan, Plossa mini dan Amunizer sudah bisa dibeli di supermarket, apotek dan toko-toko terdekat.
Dibutuhkan Santri: Zat Aktif Eucalyptol
Seperti diketahui, Badan Litbang Kementerian Pertanian berhasil melakukan uji lanjutan terhadap eucalyptus. Hasilnya,
zat aktif Eucalyptol dapat menjadi pilihan pengobatan yang potensial, karena berdasarkan hasil uji molekuler docking mampu mengikat Mpro pada virus SARS-CoV-2 sehingga sulit bereplikasi.
Daun eucalyptus memang sudah dikenal sejak lama memiliki banyak khasiat dalam meredakan penyakit seperti gejala batuk, pilek, hidung tersumbat dan penyakit lainya. Eucalyptus sudah banyak digunakan dalam pengobatan di Cina, India, Yunani dan eropa selama ribuan tahun sebagai produk minyak angin, aromaterapi dan balsem. Dalam produk Plossa terdapat kandungan eucalyptus. Yakni, Plossa Minyak Angin Aromaterapi Eukaliptus.
Eucalyptus adalah jenis tanaman asli benua Australia, namun saat ini tanaman eucalyptus sudah banyak tumbuh diberbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Hingga Saat ini ada lebih dari 400 spesies eucalyptus yang berbeda.
Tanaman ini memiliki kulit kayu yang memiliki getah, tanaman ini memiliki batang yang panjang dan daun melingkar yang daunya sulit dicerna jika dimakan secara utuh. Tanaman eucalyptys memiliki khasiat yang berasal dari minyak atsiri, minyak ini berasal dari daun eucalyptus, daun ini kemudian dikeringkan, lalu dihancurkan dan selanjutnya disuling untuk mendapatkan minyak esensial. Nah minyak inilah yang digunakan sebagai parfum, antiseptic, bahan kosmetik dan lain-lain.
Daun Eucalyptus yang diproses dengan disuling akan menghasilkan minyak yang tidak berwarna namun memiliki aroma yang kuat, minyak ini mengandung 1,8 – cineole yang biasa juga dikenal sebagai eucalyptol.
Komitmen Toleransi Beragama
Kehadiran Ponpes Al-Hikmah bersama Kiai Hadi Muhammad Mahfudz menjadi benteng tegaknya Islam yang rmaah dan damai di Tulungagung. Meskipun belakangan muncul sikap radikal di kalangan pemuda. Disadari, hal itu disebabkan karena minimnya pemahaman agama. Belajar agama secara dangkal, dapat memicu mereka melakukan kekerasan, bahkan atas nama agama.
Di masa-masa belakangan, menurut Kiai Hadi, tindakan terorisme mengatasnamakan Islam sering mengaitkan perbuatannya dengan jihad. Padahal mereka sebenarnya tidak tahu makna jihad yang sesungguhnya.
"Nah, di sinilah santri berperan nyata dalam pencegahan paham radikalisme pada generasi muda, karena generasi muda merupakan target potensial kelompok teror, akan tetapi generasi muda juga potensial untuk menjadi benteng bagi sesamanya. (*)