Polusi Udara Usai Festival Diwali India
Ratusan juta orang di India utara menghirup udara beracun pada Minggu pagi usai digelar festival cahaya atau Diwali, Minggu 15 November 2020. Sebelumnya masyarakat bersuka ria menentang larangan menggunakan petasan untuk merayakannya.
Dilansir Reuters, Ibu Kota New Delhi diselimuti kabut asap tebal, dengan tingkat polusi rata-rata lebih dari 9 kali lipat dari yang dianggap aman oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Kepala Menteri Delhi, Arvind Kejriwal telah melarang penggunaan dan penjualan petasan sebelum Diwali, tetapi kebijakan tersebut sulit diterapkan.
Beberapa memberikan pembelaan dan menganggap petasan sebagai bagian penting dari tradisi agama yang dirayakan oleh jutaan orang di seluruh negeri.
"Apakah anda menyadari bagaimana seluruh India, semua tempat berdiri menentang larangan cracker? Ini seperti salah saru bentuk seruan perjuangan kemerdekaan Hindu," kata pemimpin Partai Bharatiya, Tarun Vijai.
Ahli epidemi memperingatkan bahaya yang mungkin timbul oleh polusi udara yang bisa menimbulkan penyakit pernafasan. Di New Delhi, yang berpopulasi 20 juta jiwa, sudah ada lebih dari 200 ribu kasus positif Covid-19.
Kota-kota di negara bagian Punjab, Uttar Pradesh, Haryana, Bihar dan New Delhi, telah memperlihatkan tingginya level polusi udara dibanding pada perayaan Diwali tahun lalu. Rata-rata indek qualitas udara di negara-negara bagian itu lebih tinggi (buruk) dibanding tahun lalu.
Biasanya polusi udara di Kota New Delhi memburuk pada Oktober dan November karena para petani di beberapa negara bagian membakar limbah pertanian, yang diperparah pencemaran udara dari lalu lintas yang macet dan udara yang berangin.