Polres Selidiki Jembatan Ambruk, Pemkab Sebut ‘Overload’
Terkait ambruknya jembatan gantung di Desa Kregenan, Kecamatan Kraksaan, Kabupaten Probolinggo, jajaran polres setempat langsung melakukan penyelidikan, Jumat, 9 September 2022.
Sisi lain, Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Kabupaten Probolinggo, Hengki Cahjo Saputra mengatakan, penyebab ambruknya jembatan gantung tersebut dikarenakan kelebihan beban (overload).
Saat meninjau reruntuhan jembatan gantung, Kapolres AKBP Teuku Arsya Khadafi menilai, kondisi jembatan yang dibangun tahun 2001 itu memang sudah tua. “Jembatan yang sudah tua sudah saatnya diremajakan. Tujuannya agar musibah jembatan ambruk tidak terulang lagi,” katanya.
Polres juga mendesak Pemkab Probolinggo memeriksa kondisi jembatan terutama yang usianya sudah tua. “Perlu pendataan jembatan-jembatan di Kabupaten Probolinggo,” kata perwira polisi kelahiran Aceh itu.
Terkait kondisi para pelajar yang mengalami luka berat, sedang, hingga ringan, polres akan melakukan pemulihan trauma (trauma healing). Sebab, musibah jembatan gantung ambruk mengakukan trauma fisik dan psikis bagi puluhan pelajar Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 1 Pajarakan.
Terkait penyebab ambruknya jembatan penghubung Dusun Kapasan, Desa Pajarakan Kulon, Kecamatan Pajarakan dengan Dusun Klompangan, Desa Kregenan, Kecamatan Kraksaan, Pemkab Probolinggo punya analisa tersendiri.
Kepala DPUPR Kabupaten Probolinggo, Hengki Cahjo Saputra mengatakan, penyebab ambruknya jembatan gantung tersebut dikarenakan kelebihan beban (overload). Badan jembatan gantung itu dilewati puluhan pelajar, yang kemudian berayun-ayun sehingga cantolan pemberat (anchor) di ujung jembatan patah.
“Ketika berada di atas jembatan, puluhan pelajar itu berkumpul serta menggoyang-goyangkan jembatan. Karena overload, akhirnya cantolan pemberat jembatan atau anchor-nya di ujung itu patah,” kata Hengki kepada wartawan.
Dikatakan beban yang ada saat kejadian memang overload. Hitungannya, sebanyak 36 pelajar berada di atas jembatan pada waktu bersamaan. Taruhlah, seorang pelajar beratnya sekitar 50 kilogram (kg) maka badan jembatan dibebani sekitar 1,8 ton.
Sehingga, lanjut Hengki, jika beban 1,8 ton itu di tengah-tengah jaraknya dengan bentang 20 meter, 10 meter dibagi kanan kiri, hampir kurang lebih 3,6 ton dalam watu bersamaan. “Ditambah dengan goyangan bebannya bisa 7 sampai 10 ton. Badan jembatan akhirnya ambruk,” paparnya.
Hengki menambahkan, akibat ambruknya jembatan gantung tersebut, kondisi jembatan di sisi timur sungai fondasi dan balok poer serta pilon jatuh ke sungai. Sementara sisi barat sungai, besi angker putus. Untuk penanganan sisi timur perlu dilakukan pembangunan kembali balok angker, fondasi dan pilon jembatan.
Untuk sisi barat pembangunan kembali balok angker. Untuk kabel sling dan lantai jembatan juga perlu diperbaiki. “Untuk penanganan masih dilakukan asesmen di lapangan oleh Dinas PUPR,” katanya.
Ditanya kapan jembatan gantung itu diperbaiki, Hengki mengatakan, masih akan dikoordinasikan dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Bahkan BPBD akan menjadi leading sector terkait perbaikan jembatan gantung tersebut.
“Perbaikan jembatan gantung itu mudah-mudahan bisa menggunakan dana Belanja Tidak Terduga (BTT),” katanya.