Politik Kesejahteraan Rakyat, Komitmen Aktivis Muhammadiyah
Meneropong politik 2019 tidak hanya ditentukan oleh terpilihnya presiden dan wakil presiden. Tapi lihat juga terpilihnya anggota dewannya khusunya DPR RI, karena policy (kebijakan) yang bisa melakukan perubahan itu atas usulan DPR dan pemerintah.
Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah Sunanto, mengungkapkan hal itu, dalam Trapolnas PC IMM AR Fakhrudin, pada Kamis 4 April 2019 di Gedung KH. Ibrahim, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).
“Segmen inilah yang tidak digarap, kita semua terkonsentrasi ke pemilihan presiden dan wakil presiden. Padahal kalau DPR tidak ada yang banyak menguasai di parlemen kan repot juga,” ujar Sunanto dikutip dari situs resmi muhammadiyah.or.id.
Menurut Cak Nanto, sapaan akrabnya, herarki politik tidak bisa dipisahkan oleh partai politik, rakyat, birokrasi dan kelompok kepentingan yang begitu mendominasi. Dimana hari ini politik dihiasi oleh fungsi kepentinganpolitisi dengan kelompok kepentingan, termasuk pengusaha yang sudah susah dipisahkan.
Herarki itu disebut Cak Nanto, banyak menghiasi perpolitikan di Indonesia saat ini, sehingga partai politik hanya memikirkan bagaimana memenangkan kekuasaan. Akibatnya, menafikan keberadaan aktivis yang ingin menjadi politisi.
“Kalau aktivis ingin terjun ke politik seperti para pemodal maka yang memungkinkan adalah investasi sosial harus dilakukan sejak lama, sehingga kemungkinan besar adalah kita terpilih dengan investasi sosial. Karena hal ini yang tidak di lakukan oleh para politisi,” ujar Cak Nanto.
Lebih jauh Cak Nanto juga mengingatkan para aktivis, khsususnya dikalangan Muhammadiyah, bahwa selain pemilihan presiden dan wakil presiden serta legislatif, yang jauh lebih penting dari politik adalah untuk kesejahteraan rakyat.
“Politik itu baik karena tujuannya adalah mewujudkan jalan kesejahteraan. Untuk itu, politik harus kita dorong ke arah sana,” ujarnya.
Cak Nanto juga mendorong para aktivis muda Muhammadiyah mengambil peranan dalam politik dan tidak anti terhadap politik, apalagi menjauhi politisi.
“Politisi jangan di jauhi, melainkan etikanya harus kita lengkapi dengan menjaga silaturahmi. Teladan yang baik adalah khutbah yang jitu. Apapun dan bagaimanapun, politik adalah jalan membangun bangsa,” ujarnya. (adi)
“Kalau aktivis ingin terjun ke politik seperti para pemodal maka yang memungkinkan adalah investasi sosial harus dilakukan sejak lama, sehingga kemungkinan besar adalah kita terpilih dengan investasi sosial. Karena hal ini yang tidak di lakukan oleh para politisi,” ujar Nanto.
Advertisement