Polisi yang Pukuli Mahasiswa Saat Aksi Indonesia Gelap di Surabaya Diperiksa
Seorang anggota kepolisian yang diduga melakukan kekerasan kepada seorang mahasiswa pada aksi Indonesia Gelap di depan Gedung DPRD Jatim, Surabaya Senin 17 Februari 2025, diperiksa.
Sosok aparat itu adalah Aiptu YT, seorang anggota Unit Binmas Polsek Bubutan Polrestabes Surabaya. Aksinya menghajar kepala seorang mahasiswa ketika digiring ke dalam gedung DPRD terekam dalam video dan viral di dunia maya.
Melalui akun resmi X-nya Divpropam Polri, @Divpropam mengatakan, Bidpropam Polda Jatim sudah melakukan pemeriksaan. Hasilnya Aiptu YT dinyatakan terbukti melakukan pelanggaran.
“Dengan hasil yang bersangkutan terbukti melakukan pelanggaran-pelanggaran. Saat ini, berkas pemeriksaan sudah dilimpahkan ke Siepropam Polrestabes Surabaya untuk proses lebih lanjut,” tulis akun @Divpropam.
Meski begitu, tidak disebutkan secara jelas sanksi atau hukuman apa yang dijatuhkan kepada Aiptu YT usai terbukti melakukan tindak represif kepada mahasiswa.
Sementara itu, Kasi Humas Polrestabes Surabaya AKP Rina Shanty Dewi Nainggolan mengatakan, Aiptu YT sudah diperiksa oleh Bidang Profesi dan Pengamanan (Bidpropam) Polda Jatim.
“(Anggota kepolisian itu) dimintai keterangan di Propam Polda Jatim,” kata Rina, Jumat 21 Februari 2025.
Usai diperiksa di Polda Jatim, kata Rina, berkas pemeriksaan Aiptu YT telah dilimpahkan kembali ke Polrestabes Surabaya untuk kemudian diproses secara etik lebih lanjut.
“Dimintai keterangan di Polda Jatim, habis itu dilimpahkan lagi ke Polrestabes, karena dia kan anggota Polrestabes,” tutupnya singkat.
Diberitakan sebelumnya, mahasiswa Universitas Negeri Surabaya (Unesa) berinisial NZ, yang sempat diamankan aparat serta diduga mengalami kekerasan dari aparat ketika mengikuti demonstrasi ‘Indonesia Gelap’ di depan Gedung DPRD Jatim, Jalan Indrapura Surabaya, Senin 17 Februari 2025 kemarin.
NZ, yang merupakan mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) Unesa tersebut mengaku sebagai salah satu negosiator dalam aksi unjuk rasa itu. Ia menjelaskan, insiden kekerasan itu terjadi ketika aparat kepolisian mulai menembakkan water canon ke arah massa aksi.
“Waktu chaos sampai water cannon disemprot, saya masih lobbying dengan polisi, terutama provos, karena dari korlap aksi massa merasa daripada nanti aksi nggak selesai, akhirnya lobby pihak polisi agar tidak chaos,” ucap NZ usai dibebaskan, Selasa 18 Februari 2025.
Menurutnya, situasi berubah 180 derajat menjadi ricuh tidak lama setelah penembakan water cannon. Seketika ada aparat yang bertindak represif, yakni memukulnya, menginjaknya, kemudian berusaha menyeretnya.
“Di samping saya ada aksi massa lain tiba-tiba juga chaos. Yang terdekat dengan barisan polisi itu saya, tiba-tiba saya diseret dan terjatuh di barisan barikade polisi. Setelah itu, saya dalam posisi jatuh dihantam, diinjak bagian perut, kaki sampai kepala,” ucapnya.
Saat itu, NZ mengaku bahwa dirinya dibawa paksa dengan cara diseret sambil dihajar secara terus-menerus oleh aparat, ke arah dalam Gedung DPRD Jatim. Ia juga sempat merasa lemas hingga tidak sadarkan diri setelah mengalami kekerasan.
“Lalu diamankan diseret ke dalam. Waktu jalan juga masih kena hantam dan sebagainya. Sampailah di depan teras lobby DPRD memang ada aparat polisi masih memukuli saya. Sampai situ (lobby), saya tepar, tidak sadar diri, tergeletak lemas. Lalu dibangunkan satpam,” paparnya.
Setelah kejadian tersebut, NZ pun diamankan dan diberikan pertolongan pertama. Dia sempat diberikan air minum, tetapi kemudian diinterogasi oleh polisi soal data pribadinya, seperti nama dan alamat. Meski tidak mengalami intimidasi verbal, dia menyayangkan tindakan kekerasan yang dialaminya.
Saat itu, NZ mengaku tidak melihat orang lain yang ditangkap selain dirinya. Ia menyatakan bahwa ia adalah satu-satunya massa aksi yang dibawa ke dalam saat itu.
“Ini tindakan represif oleh kepolisian. Saya tidak melakukan kesalahan, tapi dipukuli sampai luka-luka,” keluh NZ.
Ia pun sempat bertanya kepada aparat alasan dan latar belakang dirinya diamankan dan dipukul. Padahal, dirinya adalah salah satu negosiator yang meminta Ketua DPRD Jatim Musyafak Rouf untuk kembali menemui massa aksi.
“Iya saya tanya kenapa dipukul dan sebagainya? Padahal saya negosiator. Tadi karena memang kondisi tidak kondusif, maka dari itu negosiator turun, tujuannya berkomunikasi dengan polisi agar tidak ada tindakan yang sifatnya memancing pada aksi massa. Kami ingin kondisi kondusif, tapi ada pancingan dari polisi, akhirnya chaos,” katanya.
NZ pun menyatakan, ia bersama BEM SI se-Jawa Timur sedang mempertimbangkan untuk membawa dugaan kekerasan aparat yang dialaminya tersebut ke meja hijau.
“Saya akan menempuh jalur hukum. Ini sedang dikonsolidasikan dengan seluruh BEM dari Jatim untuk mengawal tindakan represif dari polisi,” pungkasnya.
Sebelumnya, Kabag Ops Polrestabes Surabaya AKBP Wibowo membantah bahwa pihak kepolisian telah melakukan tindakan pengamanan terhadap massa aksi pada aksi unjuk rasa kemarin.
"Enggak ada, saya tegaskan lagi tidak ada yang diamankan. Semuanya yang dari mahasiswa boleh dikonfirmasi, apa yang tadi disampaikan isu-isu yang mungkin menurut mereka diamankan dan sebagainya, saya pastikan enggak ada," ucap Wibowo.
Ia pun mengklaim unjuk rasa ‘Indonesia Gelap’ tersebut berjalan relatif kondusif. Dan hanya diwarnai sedikit insiden saling dorong. Wibowo juga mengaku pihaknya tidak menangkap seorang perusuh atau provokator dalam aksi ini.
“Sampai saat ini saya belum menerima laporan itu, tapi tadi ada sedikit dorong-dorongan karena mahasiswa sedikit maju ke depan. Kemudian kita menjaga agar situasi kondusif supaya tidak masuk ke batas yang kita sepakati, hanya dorong-dorongan seperti itu,” tandasnya.
Advertisement