Polisi Upayakan Kasus Pengeroyokan Siswa SMPN 12 Jember Damai
Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Jember mengupayakan langkah damai atas kasus pengeroyokan ARP, siswa SMPN 12 Jember. Sejauh ini polisi sudah memeriksa korban, tiga terduga pelaku, dan empat saksi tambahan.
Kapolres Jember AKBP Heri Purnomo mengatakan, pihaknya langsung menindaklanjuti kasus pengeroyokan terhadap pelajar usia 15 tahun. Tidak membutuhkan waktu lama, polisi berhasil mengamankan tiga terduga pelaku berinisial DV, MT, dan WA. Mirisnya ketiga terduga pelaku itu juga berstatus siswa SMP aktif di Kabupaten Jember.
"Kita sudah mengamankan tiga terduga pelaku. Semuanya masih anak-anak," kata Hery, Sabtu, 27 Agustus 2022.
Kasus pengeroyokan itu melibatkan anak-anak sebagai pelaku, maka penyidik PPA Polres Jember memberikan perlakukan yang berbeda. Sesuai undang-undang peradilan anak, penyelesaian kasus yang melibatkan anak harus melalui diversi. Untuk itu, Polres Jember saat ini sedang mengupayakan jalur diversi.
Selain pertimbangan pelaku masih di bawah umur, upaya diversi juga dilakukan karena kondisi korban hanya mengalami luka ringan.
"Korban hanya mengalami luka ringan. Sehingga ancaman hukuman terhadap para pelaku di bawah tujuh tahun, sehingga kita upayakan langkah damai," jelas Hery.
Dalam upaya langkah damai itu, polisi melibatkan orang tua korban dan ketiga pelaku. Mereka akan dipertemukan untuk proses diversi dengan didampingi Badan Pemasyarakatan (Bapas).
Hery memastikan akan berusaha mempercepat proses diversi tersebut. Sehingga solusinya dapat segera diketahui.
"Diversi itu nanti kita akan mendapatkan solusi, apakah pelaku dikembalikan kepada orang tua atau harus didampingi dan diberikan pembinaan," lanjut Hery.
Bukan Konflik antar Perguruan Silat
Hery memastikan, konflik antar pelajar yang berujung pengeroyokan terhadap siswa SMPN 12 Jember bukan konflik antar perguruan silat. Kendati demikian, ia menjelaskan mayoritas pelajar SMP dan SMA atau sederajat di Kabupaten Jember menjadi anggota perguruan silat.
Karena itulah, setiap terjadi konflik selalu dikaitkan dengan perguruan silat. Padahal dari rentetan konflik antar pelajar di Jember kebanyakan karena faktor persoalan pribadi, yang dikait-kaitkan dengan perguruan silat.
"Hampir seluruh siswa SMP dan SMA di Jember menjadi anggota perguruan silat. Namun itu tidak menjadi dasar saat terjadi konflik antar pelajar," pungkas Hery.
Advertisement