Polisi Pertegas Ada Aksi Terorisme di Masjid Norwegia
Kepolisian Norwegia mengakui, kasus penembakan di sebuah masjid sehari sebelum Idul Adha yang jatuh pada Minggu 11 Agustus 2019, indikasi adanya aksi terorisme Terkait aksi teror itu, seorang pria ditangkap menyusul penembakan di Al-Noor Islamic Centre, di pinggiran ibu kota Oslo, Sabtu 10 Agustus.
"Kami menyelidiki kasus ini sebagai percobaan melakukan aksi terorisme," kata Wakil Kepolisian Norwegia, Rune Skjold, dalam jumpa pers, dikutip BBC.
Seorang pria di masjid berhasil melumpuhkan pria bersenjata yang mengeluarkan tembakan dan ia mengalami "luka ringan" dalam peristiwa itu.
Belakangan, seorang perempuan ditemukan tewas di rumah tersangka, kata Rune Skjold.
Ia menambahkan bahwa pria itu sekarang dicurigai telah membunuh seorang kerabatnya.
"Kami menganggap ini kematian yang mencurigakan... Orang yang meninggal itu terkait dengan orang yang ditangkap sebelumnya hari ini," ujarnya.
'Antiimigran, warga Norwegia'
Polisi mengatakan pria itu bertindak sendiri ketika menyerang masjid.
Polisi mengatakan terduga pelaku tampaknya bertindak sendirian.
Terduga pelaku, kata Skjold, adalah seorang "pria Norwegia" dan telah masuk catatan pihak berwenang sebelum melancarkan aksi tetapi tidak dapat disebut sebagai seseorang yang memiliki "latar belakang kejahatan".
Lebih lanjut Skjold menuturkan, lelaki itu tampak mempunyai pandangan "kanan-jauh" dan "antiimigran". Ia juga tampak bersimpati kepada Vidkun Quisling, pemimpin pemerintahan Norwegia yang bersekongkol dengan Jerman selama pendudukan Nazi.
Sementara itu, ketua takmir masjid mengatakan hanya terdapat tiga orang di dalam masjid ketika serangan dilancarkan dan korban luka adalah seorang jemaah berusia 75 tahun.
"Salah satu jemaah kami telah ditembak oleh seorang pria kulit putih yang mengenakan helm dan seragam," kata Irfan Mushtaq kepada surat kabar lokal Budstikka.
Ia kemudian mengatakan kepada saluran televisi lokal TV2 bahwa si penyerang "membawa dua senjata mirip shotgun dan sebuah pistol. Ia mendobrak pintu kaca dan melepaskan tembakan."
Masjid itu sebelumnya menempuh langkah-langkah keamanan tambahan setelah seorang pria bersenjata membunuh 51 orang di dua masjid di Christchurch, Selandia Baru, Maret 2019 lalu.
Ada yang menarik dari Selandia Baru, terkait aksi terorisme itu. Kesadaran dari warganya, terhadap tindak terorisme di negeri tersebut.
Warga Selandia Baru setelah aksi berlangsung, menyerahkan senjata api semi-otomatis yang mereka miliki. Hal itu menyusul larangan terhadap semua senpi jenis tersebut setelah serangan terhadap dua masjid di Kota Christchurch.
Penyerahan senpi di Christchurch adalah yang pertama dari 250 acara pengumpulan senpi di seantero negeri.
Sebagai imbal balik, negara akan membayar warga yang menyerahkan senpinya.
Sejauh ini, lebih dari NZ$433.600 (Rp4,06 miliar) telah dibayarkan kepada 169 pemilik senpi, yang menyerahkan 224 pucuk senjata. Senjata-senjata itu kemudian dihancurkan.