Polisi Nggak Mudik, Juga Nggak Mewek
Oleh: Djono W. Oesman
Suatu sore di Pospol, seorang tamtama polisi duduk, menangis. Mendadak seorang perwira polisi ke situ, kaget: "Ada apa?"
Tamtama menjawab terisak: "Sudah tiga Lebaran saya ndak mudik, Ndan."
Perwira tegas: "Masak, polisi cengeng? Tunjukkan sikapmu sebagai polisi."
Tamtama spontan berdiri, memberi hormat: "Siaaaap... Komendan."
Perwira memeriksa Pospol. Buka pintu, masuk ke ruangan. Menutup pintu. Lalu, perwira mewek sendirian. Tanpa suara. Tubuh tegapnya mendadak gempor. Longsor ke lantai.
Itu video pendek, yang hari-hari ini beredar di medsos. Jadi lucu-lucuan. Sekaligus menimbulkan empati publik. Mengharukan. Bahwa polisi bertugas tiada henti. Meski Lebaran.
Padahal, jumlah pemudik di Lebaran 2022 ini diperkirakan 85,5 juta orang. Sekitar 14,3 juta orang meninggalkan Jabodetabek menuju ke berbagai kota, berbagai pulau.
Data itu hasil riset. Dikatakan Juru Bicara Kementerian Perhubungan, Adita Irawati kepada pers di Jakarta, Jumat, 8 April 2022.
.
Survei dilakukan Kementerian Perhubungan pada 22-31 Maret 2022. Itu setelah Presiden Joko Widodo mengumumkan, warga boleh mudik. Asalkan tetap jaga kesehatan.
Berapa jumlah kendaraan di hari-hari seputar mudik?
Jasa Marga dalam siaran pers yang dibagikan Senin, 11 April 2022 melalui Corporate Communication and Community Development Group Head Jasa Marga, Dwimawan Heru Santoso menjelaskan:
Diprediksi 2,54 juta kendaraan meninggalkan Jabodetabek sejak H-7 hingga H+7 Idul Fitri. Atau, 25 April hingga 10 Mei 2022.
Itu naik 10,8 persen dibanding Idul Fitri 2021. Peningkatan tidak signifikan, dengan perbandingan, bahwa Lebaran tahun lalu pemerintah melarang masyarakat musik. Masak cuma meningkat segitu?
Artinya, pada saat pemerintah melarang mudik 2021, pun jumlah pemudik sangat tinggi.
Semua lalu lintas kendaraan itu diawasi dan diatur polisi. Belum lagi, pencurian di rumah kosong, karena ditinggal mudik penghuninya. Belum lagi penjambretan, penodongan, perampokan, pembunuhan.
Mudik, akar budaya Indonesia. Tidak ada catatan, sejak kapan itu ada. Tapi, dikutip dari kamus-kamus kuno, istilah mudik sudah ada sejak sekitar seabad lalu.
Ada tiga kamus kuno yang menyebut kata 'mudik'. Kamus Indonesia Ketjil, E St Harahap (1943). Malei sWoordenboek, Van Ronkel (1946). Logat Ketjil Bahasa Indonesia, Poerwadarminta (1948).
Ketiganya menyebut 'mudik' dimaknai sebagai: Berlayar atau pergi ke udik (hulu sungai).
Tak tercatat, bagaimana prosesnya makna 'mudik' di kamus-kamus tersebut bergeser jadi pulang kampung, khusus di seputar Idul Fitri.
Kata-kata 'khusus di seputar Idul Fitri', sangat penting. Sebab, Presiden Jokowi pernah mengatakan: Warga boleh pulang kampung. Tapi beberapa waktu kemudian, menjelang Idul Fitri 2021, Presiden Jokowi menyatakan: Warga dilarang mudik.
Artinya, pulang kampung bisa dilakukan orang sewaktu-waktu. Kapan saja. Sedangkan, mudik khusus di hari-hari seputar Idul Fitri. Tidak sama. Jangan salah tafsir.
Berapa jumlah uang berputar?
Direktur Indonesia Development and Islamic Studies (IDEAS) Bhima Yudhistira kepada pers mengatakan, pada sebelum pandemi diperkirakan sekitar Rp142,2 triliun uang beredar dari pemudik.
Itu untuk keperluan transportasi, akomodasi, konsumsi dan rekreasi, serta amplop isi duit dibagikan ke anak-anak, selama Lebaran 2019.
Ini dari proyeksi sedikitnya 33 juta pemudik (bandingkan, Idul Fitri 2022 diprediksi 85,5 juta pemudik).
Jika jumlah uang beredar itu ditambah dengan Tunjangan Hari Raya (THR) maka ditambahi Rp 63,6 triliun. Jadi, total uang beredar lebih dari Rp200 triliun. Di Lebaran sebelum pandemi Corona, atau tahun 2019.
Lebaran 2022, dengan data perbandingan jumlah pemudik di atas, perputaran sekitar Rp600 triliun. Perputaran uang yang sangat besar. Untuk ukuran dua pekan.
Di setiap perputaran uang, selalu diiringi kejahatan. Bapak kriminologi dunia, Cesare Lombroso (6 November 1835-19 Oktober 1909) mengatakan: "Ada uang, ada kejahatan."
Adalah tugas polisi menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat. Itu sebab, polisi tidak libur di Lebaran. Dilarang nangis.
Ilustrasi dua polisi di atas hanya anekdot. Sesungguhnya, polisi sudah biasa tidak mudik. Juga tidak nangis. Bravo Polri. Selamat Idul Fitri.
Advertisement