Polisi Keluarkan Tembakan, Warga Myanmar pun Kabur ke Thailand
Situasi tak aman bagi warganya, masih terjadi di Myanmar. Polisi dengan leluasa mengeluarkan tembakan untuk mengingatkan warga sipil. Ribuan penduduk desa di negara bagian Karen, Myanmar, kabur ke Thailand untuk menghindari serangan Angkatan Udara kepada pemberontak.
Menurut Organisasi Wanita Karen, militer Myanmar menggelar serangan udara di lima wilayah di distrik Mutraw, dekat perbatasan, termasuk kamp pengungsian.
"Saat ini, penduduk desa bersembunyi di hutan saat lebih dari 3.000 orang menyeberang ke Thailand untuk berlindung," terang kelompok itu dalam sebuah pernyataan, dikutip Reuters, Rabu 31 Maret 2021.
Berdasarkan laporan stasiun televisi Thailand, PBS, sebanyak 3.000 pengungsi dari Myanmar tiba di negara itu. Namun, pemerintah Thailand belum memberikan keterangan apapun mengenai eksodus warga Myanmar itu.
Polisi Keluarkan Tembakan Bubarkan Pelayat
Kembali membuat kekhawatiran polisi Myanmar membubarkan pelayat di kota Bago, saat upacara pemakanan salah satu demonstran yang tewas dengan mengeluarkan tembakan.
Aksi penembakan oleh polisi Myanmar tersebut sempat melukai beberapa pelayat yang tidak sempat menyelamatkan diri.
"Saat kami menyanyikan lagu revolusi untuknya, pasukan keamanan datang dan menembak kami, orang-orang lari saat mereka melepaskan tembakan," kata pelayat bernama Aye, dilansir melalui Insider, Selasa.
Diketahui demostran yang meninggal tersebut bernama Thae Maung-maung, ia merupakan salah satu domenstran yang tewas di tangan aparat kala mempertahankan demokrasi di tanah kelahirannya. Pria 20 tahun ini meninggal hari Minggu (28/03/2021) kemarin.
AP juga melaporkan bahwa pemakaman saat ini menjadi titik baru dalam protes Myanmar seperti yang terjadi pada upacara kematian Shwe Myint sebelumnya, demonstran yang ditembak mati oleh polisi pada hari Sabtu.
Bahkan sejumlah orang turun ke jalan dengan para pelayat meneriakkan slogan-slogan demokrasi dan memberikan hormat tiga jari, yang telah menjadi simbol pemberontakan terhadap junta militer.
Diperkirakan sekitar 114 orang tewas pada hari Sabtu yang kini disebut sebagai salah satu hari paling berdarah di Myanmar. Total. lebih dari 440 warga sipil dibunuh sejak kudeta dimulai.
Pada hari Sabtu, pelayat memberi penghormatan tiga jari pada peti mati Sai Wan Yan yang berusia 13 tahun. Bocah ini dibunuh oleh pasukan keamanan saat bermain di luar rumah.
Kekerasan ini meningkat saat perayaan Hari Angkatan Bersenjata militer Myanmar di mana parade diadakan di ibu kota Naypyitaw. Pada kesempatan itu, Min Aung Hlaing berkata akan melindungi rakyat dan berjuang demi demokrasi.
Serangan Udara pada Kelompok Pemberontak
Sebelumnya, militer Myanmar di Karen menggelar serangan udara terhadap kelompok pemberontak setempat.
Menurut keterangan Pendiri Free Burma Rangers, David Eubank, sebanyak dua anggota pemberontak Serikat Nasional Karen (KNU) tewas akibat serangan udara.
Tidak hanya itu, tiga warga sipil juga dilaporkan tewas di sebuah desa yang dikuasai pemberontak Karen.
"Kami tidak pernah mengalami serangan udara di sana selama lebih dari 20 tahun," kata Eubank.
KNU mengatakan, sebelumnya mereka menyerbu pos militer dekat perbatasan, yang menewaskan 10 orang.