Polisi Inggris Diminta Usut Kematian Aktivis UEA, Alaa al-Siddiq
Seorang aktivis hak asasi manusia asal UEA (Uni Emirat Arab), Alaa al-Siddiq, 33 tahun, meninggal di Inggris akibat kecelakaan, Sabtu lalu. Alaa al-Siddiq, direktur eksekutif ALQST yang berbasis di Inggris, sebuah organisasi nirlaba yang mengadvokasi kebebasan dan hak asasi manusia di Uni Emirat Arab (UEA) dan kawasan Teluk, meninggal dalam tabrakan mobil di Oxfordshire.
Sebuah kelompok advokasi yang berbasis di AS, Demokrasi untuk Dunia Arab Sekarang (DAWN), telah meminta pihak berwenang Inggris untuk menyelidiki keadaan kematian seorang pembangkang terkemuka Emirat dalam kecelakaan mobil di dekat London.
"Polisi Inggris harus memastikan bahwa tidak ada permainan kotor dan rekayasa yang menyebabkan kematian Alaa al-Siddiq, mengingat fakta bahwa UEA, Arab Saudi, dan Bahrain telah menargetkan para aktivis yang berada di seluruh dunia," kata DAWN dalam sebuah pernyataan pada hari Minggu.
Ia juga mendesak pihak berwenang UEA untuk mengatur pemulangan segera jenazah al-Siddiq ke UEA sehingga dia dapat dimakamkan sesuai dengan tradisi Islam di kota kelahirannya, dengan dikelilingi oleh orang-orang terkasih.
DAWN juga meminta UEA “untuk segera membebaskan” Muhammad al-Siddiq, ayah Alaa yang juga seorang aktivis terkemuka, yang telah ditahan oleh otoritas Emirat sejak 2013, sehingga dia dapat menghadiri pemakaman putrinya di negara itu.
“Paling tidak yang bisa dilakukan oleh otoritas Emirat adalah memulangkan jenazah al-Siddiq dan memberi ijin ayahnya ke luar penjara untuk menghadiri pemakaman dan berduka atas kehilangannya,” kata Sarah Leah Whitson, direktur eksekutif DAWN dan anggota dewan ALQST, seperti dikutp AlJazeera.
“Pengasingan Alaa al-Siddiq di Inggris adalah konsekuensi langsung dari penindasan pemerintahnya, kematiannya jauh dari orang yang dicintainya adalah hasil tragis dan menyedihkan dari penganiayaan pemerintah Emirat.”
DAWN didirikan pada 2018 oleh Jamal Khashoggi, seorang jurnalis Saudi yang dibunuh di kedutaan besar Arab Saudi di Istanbul, Turki, akhir tahun 2018.
Pada hari Minggu, rekan dekat Alaa, yaitu Khalid Ibrahim, direktur eksekutif Pusat Hak Asasi Manusia Teluk, mengatakan kepada surat kabar Telegraph Inggris bahwa dirinya juga dalam risiko sepanjang waktu.
“Alaa tidak pernah merasa takut dan itu tidak pernah menghentikannya dari melakukan pekerjaan hak asasi manusia yang damai dan sah, tetapi dia tahu dia berisiko,” kata Ibrahim. Ditambahkan, organisasinya mendesak polisi Inggris untuk mengesampingkan hal-hal yang tidak diinginkan dalam penyelidikan kematian Alaa.
“Kami yang bekerja untuk mengekspos negara-negara dengan pelanggaran HAM besar-besaran selalu menjadi target pemerintah yang menindas. Kami bekerja di lingkungan yang sangat tidak bersahabat dan pemerintah seperti di Teluk menggunakan teknologi pengawasan untuk meretas akun kami. Kita semua tahu apa yang terjadi pada Jamal Khashoggi,” kata Khalid Ibrahim.
Seorang aktivis hak asasi manusia yang bekerja bersama Alaa al-Siddiq juga mengatakan kepada Telegraph bahwa Alaa telah berbicara tentang ancaman pembunuhan. Rekan Alaa yang meminta untuk tidak disebutkan namanya itu mengatakan: "Alaa telah berjuang sepanjang hidupnya untuk ayahnya dan untuk orang lain. Tapi kini dia telah meninggal,” tambahnya.