Pakar LIPI Minta Polisi Tindak Tegas Pengrusakan APK Capres
Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Hermawan Sulistyo (Kiki) mengatakan insiden penghadangan kandidat yang akan berkampanye, kemudian disusul dengan pengrusakan alat peraga kampsnye (APK) tidak boleh dianggap enteng. Aparat keamanan harus cepat bertindak, supaya insiden tidak meluas.
"Penghadangan kandidat yang akan dan pengerusakan APK merupakan tindakan premanisme yang tidak terpuji, kalau dibiarkan bisa menyulut keributan yang lebih luas," kata Kiki kepada ngopibareng.id, Kamis 28 Februari 2019.
Karena aparat keamanan belum menemukan pelakunya akhirnya kubu Widodo dan Prabawo saling tuding.
"Kalau kampanye Prabowo atau Sandi yang diganggu kubu Prabowo pasti menuding, pelakunya kubu Jokowi. Sebaliknya kalau APK Jokowi Ma'ruf dirusak, yang dituding pelakunya adalah kubu Prabowo," kata Kiki.
Menurut Kiki bisa jadi ini adalah bagian dari strategi untuk menarik simpati, dengan cara merusak sendiri APK kandidat yang didukungnya. Dengan kejadian tersebut opini yang terbangun oposisi telah melakukan premanisme.
Di era orde baru penguasa kerap melakukan seperti ini dengan menggunakan tangan-tangan oknum intelejen, kata peniliti LIPI yang pernah menjadi dosen di Pendidikan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK). Bisa juga dilakukan orang lain yang sengaja ingin melihat negeri ini kacau, katanya.
Dua pasangan calon sering mengalami gangguan dari para pendukung. Seperti saat Prabowo mengadakan kampanye di daerah Kenjeran, Surabaya dan Jogya. Kemudian Jokowi mengalami hal yang sama saat berada di Lampung dan Sampang.
TPN Jokowi maupun BPN Prabowo sama-sama menyatakan tidak bertanggung jawab atas kejadian ini.
"Ini awal terjadinya kericuhan, orang jawa bilang, kriwikan bisa jadi gerojokan. Polisi harus bertindak tegas dan adil tidak boleh melakukan pembiaran," ujar Pakar LIPI yang pernah menjadi tim gabungan pencari fakta kerusuhan Mei. (asm).
Advertisement