Polisi Berpangkat AKP Luncurkan 2 Buku Antologi Puisi
Jagat sastra belum mati. Begitu petikan kalimat yang ditulis oleh Beno Siang Pamungkas, seorang pegiat buku di Semarang. Dia memberikan catatan singkat dalam buku Sajak Para Pendusta, antologi puisi yang ditulis oleh Agus Priyo Hatmoko.
Beno Siang Pamungkas yang juga aktif di Taman Budaya Semarang, hadir ke Cepu pada Minggu 2 Juli 2023 malam di Pendopo Kecamatan Cepu, untuk menyaksikan peluncuran dua buku antologi puisi. Masing-masing berjudul; Tuhan Aku Harus Bagaimana dan Sajak Para Pendusta.
Pada kesempatan peluncuran buku karya Agus Priyo Hatmoko tersebut, Beno didaulat membacakan puisi diatas pangung dari buku Sajak Para Pendusta. Dua pegiat budaya dan penyair lainnya, turut membacakan puisi dari buku Tuhan Aku Harus Bagaimana.
Penulis dua buku antologi puisi tersebut, Agus Priyo Hatmoko, adalah seorang polisi. Dia berpangkat Ajun Komisaris Polisi (AKP), sekarang ini menjabat sebagai Kapolsek Cepu, Kabupaten Blora yang berbatasan langsung dengan Jawa Timur.
AKP Agus Priyo Hatmoko, sebelum menjabat sebagai Kapolsek Cepu, bertugas di Ditreskrimsus Poda Jateng. Selain penulis puisi, pria kelahiran 24 Agustus 1966, ternyata juga seorang film maker. Disisi latar belakangnya sebagai seorang Aparat Penegak Hukum (APH).
Agus pernah juga menjadi Ketua Komite Film Dewan Kesenian Semarang. Sang penyair yang multi talenta ini, jiwa seninya tak pernah padam. Dia seorang pemain ketoprak, pegiat lagu-lagu keroncong dan belakangan juga melukis.
Sementara, bagi Agus, berpuisi hanya sebatas perjalanan dalam meresapai butir-butir kehidupan. Yang menyelaraskan dengan kehendak iman. “Atau lebih tepatnya sebuah proses manata diri supaya lebih mengerti dan akhirnya merubah pola pikir dan pola laku,” kata Agus.
Dia menyampaikan, tidak ada harapan berlebih dalam penulisan puisi-puisi tersebut. “Ini hanya ungkapan-ungkapan hati kecil saja dan dapat mengaca siapa diri saya sebenarnya,” ungkapnya.
Pegiat Buku dari Semarang, Beno Siang Pamungkas, menyamapaikan, sebagai seorang penikmat puisi, dirinya selalu menyambut gembira kehadiran karya-karya baru yang ditulis para penyair. “Termasuk “Sajak Seorang Pendusta” kumpulan puisi tunggal yang ditulis oleh Agus Priyo Hatmoko,” kata dia.
Kumpulan puisi itu, kata dia, ditulis dalam rentang waktu kurang dari setahun. Mulai 21 Juli 2022 sampai 10 Mei 2023. Dalam kumpulan puisi itu, penulis merekam bergam peristiwa san suasana bathin yang dialaminya. Puisi yang ditulis ini, disusun secara kronologis bisa dibaca sebagai buku harian. Sekaligus merupakan pernyataan sikapnya atas berbagai realita kehidupan yang dialaminya.
“Saya menemukan problem yang dihadapinya sebagai seorang hamba kepada tuhan, seorang kekasih ketika berhadapan denga belahan jiwanya, dan yang paling menarik adalah keberpihakannya kebayakan orang. Atas berbagai perilaku kurang patut oleh mereka yang menduduki jabatan,” ujarya.
Dia menambahkan, penulis puisi tersebut sebagai sebagai seorang penegak hukum, berani menulis sebuah otokritik terhadap institusi tempatnya bernaung. “Tentu ini layak diapresiasi Ada sejumlah puisi yang menggambarkan otokritiknya tersebut,” ujarnya.
Sekadar diketahui, peluncuran dua buku tersebut bersamaan dengan acara tasyakuran peringatan hari Bhayangkara ke 77 di Pendopo Kantor Kecamatan Cepu.