Polisi Bantah Tuduhan Rekayasa Hasil Autopsi Korban Kanjuruhan
Kepolisian Daerah (Polda) Jawa Timur membantah tuduhan adanya rekayasa hasil autopsi, yang dilakukan terhadap dua orang jenazah korban tragedi Kanjuruhan. Tuduhan tersebut disampaikan oleh Devi Antok. Ia merupakan ayah dari dua korban, yakni Natasya Debi Ramadani dan Naila Debi Anggraini. Jenazahnya sempat dilakukan autopsi.
Kepala Bidang Kedokteran dan Kesehatan (Dokkes) Polda Jatim, Kombes Pol dr Erwin Zainul Hakim menegaskan, tidak ada rekayasa karena pihaknya melibatkan banyak pihak. Proses autopsi dilakukan oleh Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia (PDFI) Jatim yang dipantau langsung oleh dua guru besar Universitas Airlangga.
"Kemudian, saat autopsi melibatkan semua unsur independent lainnya untuk mengawasi, mulai TGIPF, Komnas HAM, LPSK, kejaksaan, tim TATAK PERADI, dan lain-lain,” kata Erwin.
Karena itu, Erwin menegaskan, hasil tersebut direkayasa tidak benar karena semua dilakukan secara independen oleh PDFI Jatim. Oleh karena itu pula, Erwin tidak bisa berkomentar terkait laporan hasil autopsi yang sudah berjalan.
“Segala proses pemeriksaan dan autopsi akan disajikan di persidangan, sehingga nanti hakim akan menilai semua proses-proses yang sudah dilakukan,” pungkasnya.
Seperti dikabarkan sebelumnya, Tim PDFI Jatim telah melakukan autopsi terhadap dua orang korban tragedi Kanjuruhan, Malang. Dari hasil autopsi tersebut tidak terdeteksi adanya gas air mata dalam tubuh korban.
Hal ini diungkapkan ahli forensik Prof. Dr. Nabil Bahasuan, SpFM, SH,.MH dalam Forum Grup Diskusi (FGD) bersama pakar hukum pidana Prof. Dr. Didik Endro Purwoleksono, S.H., M.H di Unair Kampus B.
"Dari hasil pengumpulan sampel yang ada pada kedua korban tidak terdeteksi adanya gas air mata tersebut. Untuk lebih jelasnya nanti di pengadilan bisa didatangkan ahli dari BRIN tersebut yang memeriksa hasil sampel toxicologi," kata ahli forensik sekaligus Ketua PDFI Jatim.
Prof Nabil menjelaskan, untuk hasil autopsi Natasya didapati adanya bekas kekerasan benda tumpul. Juga ditemukan adanya pendarahan cukup banyak karena tulang iga yang patah.
"Sementara untuk adiknya Naila terjadi patah tulang dada dan sebagian di tulang iga sebelah kanan," ujarnya Rabu, 30 November 2022.
Dalam ilmu forensik hal ini terjadi karena adanya kekerasan benda tumpul, tetapi untuk hasil pastinya akan disampaikan pihak penyidik. Namun, hasil tersebut mendapat komentar negatif dari Devi Antok yang merupakan ayah dari dua korban yakni Natasya Debi Ramadani dan Naila Debi Anggraini.
Ia menganggap hasil autopsi telah direkayasa. “Saya takutnya hasil autopsi ini dimanipulasi. Orang kasusnya saja seperti ini, apalagi hasilnya,” ujarnya pada Kamis 1 Desember 2022.
Alasan pertama kata Devi, yaitu secara proses hukum yang meminta proses autopsi jenazah adalah inisiatif dari kepolisian. Namun, dalam kasus ini keluarga korban yang meminta dilakukan autopsi jenazah.
“Nah ini kenapa saya yang dari keluarga korban yang meminta autopsi ada apa dengan drama ini. Saya pun meminta untuk autopsi itu masih diteror,” katanya.
Selanjutnya kata Devi, saat hasil autopsi sudah keluar, PDFI melalui dokter Nabil Bahasuan merilis hasil tersebut kepada media bahwa tidak ada kandungan gas air mata pada kedua putri Devi Athok.
“Nah ini hasil autopsi sudah keluar kenapa saya sebagai keluarga korban, kuasa hukum saya dan Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) tidak diberitahu,” ujarnya.
Selanjutnya, kata Devi, kondisi jenazah kedua putrinya masih dalam keadaan utuh. Tidak mengalami patah tulang seperti yang disampaikan oleh PDFI Jatim.
“Kondisi keseluruhan masih utuh. Saya mandikan mulai saya lihat dari kuping, wajah, payudara, punggung, kemaluan, dubur sampai ujung kaki pun saya lihat,” katanya.
Advertisement