Poligami Bisa Cegah HIV, Pakar Kesehatan Unair: Tidak Benar
Belakangan viral statemen dari salah seorang pejabat daerah yang menyebut poligami bisa menekan penyebaran HIV ditanggapi pakar kesehatan Universitas Airlangga (Unair).
Pakar Kesehatan sekaligus Direktur Rumah Sakit Universitas Airlangga, Prof Dr Nasronudin menyebut bahwa menikah lagi dengan tujuan menghindari memanfaatkan jasa pekerja seks komersial masih diragukan dalam mengurangi jumlah penyebaran HIV.
"Yang pasti ini tidak tepat sasaran karena tidak sesuai dengan etika dan ajaran agama," katanya seperti dikutip rilis Unair, Selasa, 13 September 2022.
Menurutnya, penyebaran HIV dapat diminimalisir dengan menghindari penyebab-penyebabnya. Secara garis besar, individu berisiko tinggi tertular HIV di antaranya ialah pekerja seks komersial, pasangan dari pengidap HIV, dan pengguna narkoba intravena.
Prof Dr Nasron menjelaskan penularan HIV pertama secara vertikal, yakni infeksi dari ibu ke anak saat dalam kandungan atau melalui proses persalinan. Kedua yaitu melalui transeksual, baik heteroseksual, homoseksual, ataupun biseksual.
"Terakhir, infeksi HIV dapat ditularkan melalui kontak antar darah. Termasuk pengguna narkoba intravena yang menggunakan jarum secara bersama-sama secara bergantian," katanya.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) telah menyajikan data terbaru orang dengan HIV (Human Immunodeficiency Virus) di Indonesia. Meski mencatat adanya penurunan, data yang disajikan masih menunjukkan perlunya perhatian khusus terhadap kasus HIV dan penyebarannya di Indonesia.
HIV merupakan virus yang melemahkan kemampuan tubuh dalam melawan infeksi dan penyakit. Bila sudah memasuki tahap infeksi akhir, maka penyintas disebut mengalami kondisi AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) yang menyebabkan tubuh tidak lagi mampu melawan infeksi yang ditimbulkan.
Pemerintah Indonesia dan organisasi kesehatan dunia World Health Organization (WHO) mengagendakan tidak ada lagi kasus infeksi di tahun 2030.
"Biasa disebut dengan three zero (tiga angka nol), yaitu zero infeksi baru HIV, zero kematian akibat AIDS, zero diskriminasi terhadap ODHA," kata guru besar Fakultas Kedokteran (FK) Unair tersebut.
Untuk mencapai target tersebut, pemerintah Indonesia telah menghadirkan strategi STOP yaitu Suluh, Terdiagnosis dini, Obat ARV dikonsumsi semua yang terdiagnosis HIV/AIDS, serta Pertahankan jumlah HIV minimal.
Sedangkan, WHO juga telah menciptakan strategi jalur cepat 90-90-90 yang terdiri dari 90 persen individu mengetahui terinfeksi HIV, 90 persen didiagnosis dini, serta 90 persen telah mendapat dan mengonsumsi obat HIV yakni antiretroviral (ARV).
Advertisement