Polemik Saleh dengan Whisnu Belum Segera Berakhir
Polemik sesama kader PDI Perjuangan antara Saleh Ismail Mukadar dengan Whisnu Sakti Buana diperkirakan tak dapat segera berhenti. Keduanya sama-sama pernah duduk sebagai Ketua DPC PDI Perjuangan Kota Surabaya. Jabatan itulah yang kini berbuntut persoalan.
Saleh Mukadar menulis surat terbuka ke grup WhatsApp Banteng, yang anggota adalah kader-kader PDI Perjuangan. Dalam suratnya Saleh menyebut bahwa dirinya tahun 2010 telah menyerahkan uang kepada Whisnu Sakti Buana yang menggantikan dirinya sebagai Ketua DPC, uang hasil penjualan yang rencananya untukkantor DPC senilai Rp 4,5 miliar. Seleh juga menyebut belakangan ada seseorang yang menyerahkan dana kepada Whisnu sebesar Rp6 miliar, sehingga total dana yang ada di Whisnu lebih dari Rp 10 miliar.
Melalui surat terbuka juga, Whisnu Sakti Buana yang saat ini duduk sebagai Wakil Walikota Surabaya menjelaskan bawa persoalan tersebut sebenarnya sudah terklarifikasi secara internal di partai pada tingkat Dewan Pimpinan Pusat- DPP PDI Perjuangan, dan dinyatakan clear saat Bambang DH menjabat sebagai Ketua DPP PDIP.
“ Atas tulisan yang dilayangkan oleh Saleh Ismail Mukadar dan telah dimuat sebagai pemberitaan, hal tersebut patut disayangkan. Mengingat secara etika dalam organisasi partai kami hal ini merupakan masalah internal partai kami tidak untuk dikonsumsi oleh publik,” tulis Whisnu.
Membalas jawaban Whisnu Sakti Buana di atas, Saleh kembali menulis surat terbuka, yang kembali di posting di grup WhatsApp Banteng .
“Jawaban Wisnu bahwa dana yang saya serahkan telah digunakan untuk kepentingan lain dan telah dipertanggung jawabkan, menurut saya adalah jawaban untuk menghindarkan diri dari tanggung jawabnya untuk membangun kantor buat kepentingan Partai,” tulis Saleh Mukadar.
“Saya dulu bersedia datang ke notaris dan menyerahkan seluruh hasil penjualan tanah karena kepentingannya untuk mewujudkan kantor buat DPC PDI Perjuangan Surabaya.Bila sampai kini Wisnu belum bisa membuktikan bahwa dana itu telah digunakan utk membangun Kantor, maka apapun alasannya dia telah mengakui bahwa dia telah menyalah gunakan dana Partai yang diberikan kepadanya,” demikian surat terbuka kedua Saleh Ismail Mukadar, Jumat pagi. (nis)