Propaganda Rusia dan Saling Serang Konsultan Asing
Perang opini dan saling bantah penggunaan konsultan politik asing menjadi isu utama yang saat ini terus diperdebatkan. Bermula dari pernyataan Presiden Joko Widodo akan bahaya "Propaganda Rusia" saat kunjungan ke Surabaya pada Sabtu, 2 Februari 2019, lalu. Saat ini kedua kubu saling membantah dan saling membuka jejak digital.
"Ada tim sukses yang menyiapkan propaganda Rusia, yang setiap saat mengeluarkan semburan-semburan dusta, semburan hoax. Ini yang harus segera diluruskan," kata Jokowi pekan lalu.
Ungkapan "Propaganda Rusia" pernah dikenal sebagai teknik firehose of falsehood atau selang pemadam kebakaran atas kekeliruan yang dimunculkan oleh lembaga konsultasi politik Amerika Serikat Rand Corporation pada tahun 2016.
Rand Corporation menganalisis cara berpolitik Donald Trump mirip metode Presiden Rusia Vladimir Putin di Krimea dan Georgia, yaitu mengunakan teknik kebohongan yang diproduksi secara masif dan simultan melalui media-media pemberitaan yang mereka miliki.
Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno langsung membantah tuduhan ini. Direktur Luar Negeri BPN Prabowo-Sandi, Irawan Ronodipuro memastikan tidak ada konsultan dari Rusia dalam tim pemenangan pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 02 ini.
Tuduhan propaganda Rusia di balik tim pemenangan Prabowo dinilai mengada-ada dan hoax. “Isu itu (Konsultan Rusia) pertama muncul setelah beredar video Pak Prabowo berjabat tangan dengan seorang pejabat Kedutaan Besar Rusia sebelum pidato kebangsaan di Jakarta Convention Center, Jakarta, 14 Januari lalu,” ujarnya, Selasa 5 Februari 2019.
Saat pidato kebangsaan, BPN memang mengundang sejumlah pejabat tinggi dari kedutaan besar negara sahabat. Setidaknya ada 13 perwakilan kedutaan yang hadir, di antaranya dari Kedubes Rusia, Australia, Inggris, Belanda, Swedia, Singapura, Uni Eropa, India, Jepang, Cina, Malaysia, dan Belanda.
Selama ini, Partai Gerindra sama dengan partai politik lainnya, menjalin hubungan baik dengan kedutaan besar negara-negara sahabat sehingga wajar jika saat diundang mereka hadir. “Apalagi Pak Prabowo saat ini calon presiden,” ujarnya.
Irawan menyebut Jokowi telah mendapat informasi salah dari orang-orang sekelilingnya yang mengatakan Prabowo menggunakan konsultan Rusia.
Juru bicara BPN, Andre Rosiade bahkan menuding sebaliknya bahwa kubu Jokowi yang menggunakan konsultan asing. Penggunaan konsultan asing ini, kata Andre, bisa dilihat dari situs lembaga konsultan politik AS, The Political Strategist.
Di situs itu disebutkan bahwa Jokowi merupakan salah satu pengguna konsultan Stanley yang merupakan pendiri Greenberg Quinlan Rosner Research, sebuah perusahaan riset dan kampanye politik yang berafiliasi dengan Partai Demokrat Amerika.
"Kami tidak ingin menuduh, tapi kami menemukan jejak digital dan data bahwa Pak Jokowi pakai konsultan asing," ujar Andre.
Sementara itu, seakan tak puas dengan isu propaganda Rusia, Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf juga membuka jejak digital adanya sebuah foto dua orang asing berada di dekat Prabowo-Sandi saat mereka bertemu dengan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
"BPN Prabowo-Sandi justru tidak bisa mengelak dengan banyaknya jejak digital kehadiran konsultan asing di kubu mereka," kata Juru Bicara TKN Jokowi-Ma'ruf, Ace Hasan Syadzily.
Ace Hasan lantas menunjukkan sebuah foto dua orang asing, lelaki dan perempuan di sebuah ruangan bersama Prabowo, Sandi dan SBY serta sejumlah elit koalisi paslon nomor urut 02.
Lantas siapa sebenarnya yang menggunakan konsultan asing? Apakah kubu Prabowo atau kubu Jokowi? Bagi publik, siapapun konsultannya, kampanye harus tetap mengedepankan kesantunan dan adu gagasan bukan adu hoax. (man)