Polemik Covid-19 Mati di Suhu Panas, Benarkah?
Perdebatan tentang virus Covid-19 akan lambat menular dan mudah mati di suhu panas, terus berlanjut. Kali ini, giliran peneliti dari Turki, Recep Tekin menyebutkan sejumlah fakta yang melemahkan pendapat tersebut.
Recep menyebut suhu yang panas tidak memperlambat atau menghentikan penularan virus. Dilansir dari Anadolu, protokol kesehatan seperti menggunakan masker, cuci tangan, dan menjaga jarak sukses untuk menurunkan risiko penularan Covid-19. "Tetapi suhu itu sendiri tidak efektif menurunkan risiko," kata pakar penyakit menular dan mikrobilogis klinis di Dicle University, Turki Tenggara, dilansir dari Anadolu.
Ia lantas menyebutkan suhu mediterania yang panas di Turki Selatan. Menurutnya, di wilayah itu kasus Covid-19 malah melonjak meski suhu lebih tinggi dibandingkan wilayah lain di Turki. Suhu panas di sejumlah tempat seperti Afrika juga tak menghentikan laju penularan dan kematian. "Jika suhu panas sepenuhnya mencegah virus maka seharusnya tidak ada kasus di Arab Saudi dan Afrika," lanjutnya.
Ia juga meminta agar masyarakat tak boleh lengah mengikuti suhu yang akan semakin panas di beberapa pekan mendatang. Masyarakat tak boleh mengandalkan suhu panas dan tidak melakukan protokol kesehatan lainnya. Menurutnya, mereka harus menggunakan masker, menjaga jarak sosial, dan memperhatikan kebersihan tangan tanpa menghiraukan naik atau turunnya suhu.
Sementara, Turki sendiri mencaatat total 5.282 kematian akibat Covid-19 per Rabu, 10 Juli 2020. Sedikitnya 187.511 pasien dinyatakan sembuh. Terdapat total lebih dari 208.938 kasus terkonfirmasi.
Secara global, terdapat 551.000 lebih korban meninggal di 188 negara dan wilayah. Total kasus positif secara global mencapai lebih dari 12,1 juta, sementara lebih dari 6,65 juta orang telah pulih menurut data Johns Hopkins University.
(Antara)