PLSI di JX International Menjawab Stagnasi Peristiwa Kesenian
Keramaian Pasar Seni Lukis Indonesia (PSLI) XI di JX International, Jalan A.Yani, Surabaya, menjadi tak terkira. Tak hanya para pecinta seni, tetapi masyarakat umum pun berduyun menyempat diri untuk melihat aktivitas seni yang jarang terjadi di Kota Surabaya.
Sejumlah pemerhati seni menyebut PSLI kali ini cukup berbeda dengan penyelenggaraan tahun sebelumnya. Tak hanya beda secara kualitas, seniman yang ikut jadi peserta, tetapi juga suasana.
Suasana? Iya Suasana!
Suasana yang menyertai PSLI adalah suasana rupiah yang melemah. Sementara dolar meroket tinggi. Rupiah seperti kehilangan kekuatan untuk mengejar.
"Satu lagi, PSLI tahun ini masuk dalam 100 Calender of Event Kementerian Pariwisata RI. Itu artinya, PSLI XI akan terpromosikan lebih luas. Lebih baik. Tak hanya di dalam negeri, tetapi juga masif digandeng promosi ke luar negeri," ujar Sabrot Malioboro, pemerhati seni.
Dengan sejumlah deretan perbedaan itu, kata Sabrot, berduyunnya orang datang ke arena PSLI sungguh bisa dipahami. Dan ini adalah pemandangan yang menyenangkan. Juga, sekaligus, menjadi oase atas kekeringan peristiwa seni di Surabaya.
Menurut Kepala Pasar PSLI, M.Anis, pengunjung memang tak berhenti mengalir. Yang datang sendiri banyak, yang datang secara kelompok juga lebih banyak.
"Ini patut disyukuri mengingat situasi ekonomi sedang "panas" begini. Jadi, melihat pengunjung yang membajir hingga hari keempat ini sungguh bikin hati senang. Semoga mengalirnya pengunjung PSLI ini terus begitu hingga pameran usai," kata dia.
Masih menurut M.Anis, meski orang bilang harga dolar lagi tak bagus, lukisan yang lepas dari tangan pelukis ke kolektor tidak berpengaruh. Artinya transaksi tetap terjadi dengan asyiknya. Hingga hari keempat ini, lebih dari 40 karya lukis lepas ke kolektor.
Nilai transaksinya? "Ah itu nanti saja! Nunggu rekap total saja ya, ndak enak kalau dibilang sekarang. Nanti malah membuat para pelukis yang belum bertransaksi menjadi panas dingin." (idi)