PKB, Golkar, dan Nasdem Kasak Kusuk Berebut Kursi Ketua MPR
Perebutan kursi Ketua MPR antara Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dengan Partai Golkar, semakin panas. Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar (Cak Imin) telah meminta dukukungan kepada Wapres terpilih KH Ma'ruf Amin. Sedang Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto meminta 'restu' secara langsung kepada Presiden Jokowi.
Golkar merasa paling berhak untuk menduki jabatan Ketua MPR, karena dalam koalisi Jokowi, perolehan suara Golkar berada di urutan kedua setelah PDI Perjuangan, yakni 12,31 persen.
Sedang suara PKB berada diurutan ketiga hanya 9,69 persen, beda tipis dengan Nasdem 9,05 persen. Untuk menahan Golkar, PKB juga melobi partai koalisi yang lain, antara lain PPP yang mengantongi 4,52 persen.
Jika merujuk pada UU MD3 yang menggunakan sistem paket, koalisi Prabowo di parlemen kemungkinan besar hanya akan menjadi 'makmum'. Jabatan Ketua DPR dan MPR akan disapu bersih partai koalisi Jokowi-Ma'ruf Amin. Voting pun koalisi Prabowo tetap kalah, mengingat total suara pendukung Prabowo di parlemen masih di bawah koalisi Jokowi.
Partai Nasdem yang nengklaim partama pendukung Jokowi periode kedua, juga mengincar kursi ketua MPR. Namun hal itu tidak secara terbuka. Keinginannya itu juga sudah dibisikkan kepada Jokowi.
Ketua Umum Golkar yang merangkap Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto, mengatakan optimis kursi Ketua MPR akan menjadi milik Golkar. "Partai koalisi Jokowi seperti PDI Perjuangan dan PPP memberi sinyal legowo kalau ketua MPR nanti diberikan ke Golkar," kata Airlangga di JCC Senayan Jumat 12 Juli 2019.
Sedangkan Cak Imin mengatakan untuk mendapatkan posisi Ketua MPR, pihaknya sudah melakuan ikhtiar, diantaranya lobi-lobi politik dengan menggunakan pengaruh Ma'ruf Amin. "Namanya juga ihtiar, harus menggunakan berbagai saluaran, termasuk dari langit," ucapnya.
PKB selain mengincar posisi Ketua MPR, sebelumnya juga membidik 10 kursi menteri. Namun ia menyebut pernyataannya tersebut hanya untuk membangkitkan semangat kader PKB pada Pemilu yang lalu, agar mendulang suara sebanyak banyaknya. "Kalau dapat suara banyak kursi menteri yang akan diperoleh juga banyak," kata Cak Imin.