PKB: Debat Cawali, MAJU Ungguli Er-Ji
Debat Calon Wali Kota Surabaya tahap 1 yang digelar KPU Kota Surabaya, Rabu 4 November 2020 malam telah usai. Debat berjalan sangat seru karena kedua pasangan calon saling adu argumen tentang programnya untuk Surabaya lima tahun ke depan.
Eri Cahyadi-Armuji dengan tegas menyebutkan bahwa mereka akan melanjutkan pembangunan yang sudah dilakukan Tri Rismaharini dalam 10 tahun terakhir, utamanya terkait dengan penanganan Covid-19, kesehatan, pendidikan, dan pembangunan infrastruktur serta sumber daya manusia (SDM).
Sementara itu, Machfud Arifin-Mujiaman, dengan bulat mereka ingin membawa Surabaya jauh lebih baik daripada saat ini. Menurut mereka, Surabaya kurang pas jika dikatakan Kota Metropolitan, ketika masih banyak wilayah kumuh dan warga Surabaya yang tak memiliki toilet pribadi (sanitasi).
Menanggapi keseluruhan jalannya debat, Ketua DKC Garda Bangsa yang juga Wakil Ketua Fraksi PKB DPRD Surabaya, Mahfudz, menyebut Er-Ji terlihat tak matang dari segi konsep.
Menurutnya, Er-Ji hanya terus menggungulkan program yang sudah dibangun oleh Risma. Padahal baginya, walikota baru harus memiliki konsep baru, untuk membangun Surabaya jauh lebih baik. Bukan hanya mengekor apa yang sudah dikerjakan walikota sebelumnya.
"Bagi saya, mereka hanya bilang 'Pemkot, Pemkot, Pemkot' saja. Seperti mereka tak memiliki konsep yang jelas. Sebenarnya yang mau jadi walikota itu Mas Eri atau Bu Risma? Melanjutkan boleh, tapi jauh lebih baik jika Mas Eri punya program unggulan yang beda dari Bu Risma," kata Mahfudz, Rabu 4 November 2020 ketika ditemui seusai debat di Surabaya.
Sementara itu, ia menilai MAJU lebih natural dan tampak sangat siap. Menurutnya, hal ini terjadi karena paslon nomor urut 2 itu terlebih dahulu turun ke bawah untuk mendatangi warga dan mendengarkan yang selama ini menjadi keluhan warga dan segala permasalahannya.
"Secara keseluruhan dari hasil debat pertama ini MAJU lebih mendominasi dan paham betul permasalahan yang terjadi di Surabaya. Jadi bukan hanya sekadar meneruskan pembangunan Surabaya yang sudah dilakukan sebelumnya, tapi menaikkan kelasnya," kata Mahfudz.
Maka dari itu, ia berharap ke depannya jika memang berniat untuk menjadi walikota, Er-Ji harus bisa membuat perbedaan daripada hanya melanjutkan program-program Risma. Sebab, selama ini pembangunan Surabaya hanya sekadar make-up belaka. Tak menyentuh hingga ke pelosok-pelosok perkampungan.
Di sisi lain, untuk MAJU, ia sangat mengapresiasi bagaimana paslon tersebut sangat memahami kondisi lapangan dan berniat untuk membawa Surabaya lebih maju lagi. Sebab baginya, untuk membangun kota itu pondasi dan SDMnya yang dibangun dahulu, kemajuan akan mengikuti. Namun jika pembangunan kota metropolitan itu dipaksakan, maka dampaknya kepada masyarakat kecil yang tak bisa merasakan pembangunan itu.
"Ibarat seseorang, ini hanya make-up yang bagus. Ketika dibuka, blar. Masih banyak yang sangat miris lah menurut saya. Warga kota ini belum sejahtera, belum merata pembangunannya, itu yang harus dibereskan dulu. MAJU berkomitmen untuk bergerak bersama warga dan rakyat dalam pembangunan Kota Surabaya," katanya.