PKB Buka Lowongan Pendamping Cak Imin di Pilpres 2024
Wakil Sekretaris Jenderal DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Syaiful Huda mengatakan pihaknya sedang mempertimbangkan tokoh yang tepat untuk mendampingi ketua umum partainya, Muhaimin Iskandar alias Cak Imin, untuk berlaga di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.
Koalisi dengan Gerindra
Pernyataan itu disampaikan Huda merespons pernyataan Ketua DPP Harian Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad yang mengatakan bahwa nama cawapres yang bakal mendampingi Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto di Pilpres 2024 sudah ada di kantong.
Menurut Huda, sosok yang terpilih mendampingi Cak Imin nantinya telah memenuhi sejumlah kriteria yang ditetapkan PKB. "Tentu siapapun yang akan kami sandingkan dengan Cak Imin telah memenuhi berbagai kriteria yang kami tetapkan baik dari sisi ideologi, visi (dan) misi, hingga potensi untuk menang," kata Huda, dalam keterangan tertulis yang diterima Ngopibareng.id, Jumat 8 Juli 2022.
Sebagai kawan koalisi, ia menyampaikan, PKB menghormati proses internal Gerindra dalam menentukan cawapres untuk mendampingi capres usulan Gerindra. Huda berkata, PKB juga mempunyai proses internal dalam menentukan pasangan capres dan cawapres yang bakal diusulkan.
Huda mengatakan setiap parpol mempunyai mekanisme internal yang harus dihormati termasuk Partai Gerindra. Meski telah menjalin kerja sama, menurutnya, PKB tidak bisa serta merta ikut campur terhadap mekanisme internal yang dilakukan Gerindra.
"Kita ikuti bersama saja proses yang saat ini terjadi di internal Gerindra dalam menentukan pasangan calon presiden yang akan mereka usung. Sebagai kawan, kami akan menantikan apapun keputusan Gerindra dengan riang gembira," katanya.
Huda juga mengatakan keputusan pasangan capres dan cawapres yang diusung oleh Gerindra dan PKB bisa saja berbeda. Tetapi nanti sebagai kawan koalisi tentunya perbedaan yang terjadi akan diselesaikan di meja perundingan.
"Misalnya, keputusan Gerindra yang mengusung Pak Bowo sebagai capres dan keputusan PKB yang mengusung Gus Muhaimin sebagai capres, ini sudah jelas berbeda. Tidak mungkin dong dalam satu koalisi ada dua capres, maka perbedaan ini akan kami selesaikan di meja perundingan siapa yang capres dan siapa yang cawapres," katanya.
Saat ini, Huda bilang PKB masih terus menyosialisasikan Cak Imin sebagai capres ke berbagai lapisan masyarakat. Proses ini akan dilakukan hingga tahapan deklarasi pasangan capres dan cawapres yang akan diusung secara resmi oleh koalisi PKB dan Gerindra.
"PKB akan terus kerja fokus sosialisasi pemenangan Gus Muhaimin sebagai capres sampai nanti kita masuk tahapan deklarasi koalisi dengan Gerindra dan tahapan penetapan pasangan capres-cawapres yang kita usung bersama," ujarnya.
Belum Bisa Rangkul NU
Direktur Eksekutif LSI dan pengamat politik Djayadi Hanan sebelumnya menilai sosok Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar atau Cak Imin belum bisa mengikat para pemilih dari warga Nahdlatul Ulama (NU) bila mencalonkan diri sebagai calon presiden (Capres).
"Untuk itu diperlukan figur yang bisa ikat semua itu (pemilih NU). Nah Cak Imin dianggap belum mampu mengikat itu. Buktinya elektabilitasnya sampai hari ini masih di bawah seperti kata Mbak Yenny," kata Djayadi dalam diskusi Total Politik di bilangan Jakarta, Kamis 7 Juli 2022.
Djayadi merujuk hasil survei yang menunjukkan elektabilitas Cak Imin sebagai capres masih minim. Padahal, masyarakat Indonesia yang mengaku sebagai anggota NU aktif dan nonaktif sampai 21 persen. Sementara warga Indonesia yang terafiliasi dengan budaya NU ada sekitar 50 persen.
Sebagai informasi, pelbagai hasil survei menunjukkan elektabilitas Cak Imin masih tergolong rendah. Survei Indikator Politik pada 14-19 April 2022 menunjukkan elektabilitas Cak Imin hanya 0,5 persen. Sementara hasil survei Charta Politika yang digelar 10-17 April 2022 menunjukkan elektabilitas Cak Imin sebesar 1,3 persen. "Masalahnya adalah siapa sosok atau figur yang paling bisa paling banyak ambil ini? Sementara orang tahu Cak Imin dan Gus Yahya tak harmonis," kata dia.
Djayadi menilai faktor demikian menjadi masalah dalam berkoalisi. Sebab, PKB pasti memiliki ambisi mencalonkan Cak imin sebagai capres ketika berkoalisi. Sementara di sisi lain, Cak Imin dianggap belum bisa mengikat suara warga NU.