Pinjaman China Bahaya bagi Negara Berkembang, Kata Dubes AS
Duta Besar (Dubes) baru Amerika Serikat untuk Australia, Arthur Culvahouse Jr. mengatakan, dirinya khawatir akan cara pemerintah China meminjamkan uang ke negara-negara berkembang di Pasifik yang disebutnya sebagai "payday loan diplomacy" atau "diplomasi pinjaman cepat dan mudah."
Kepada para awak media di Canberra, Australia, Arthur Culvahouse Jr mengingatkan, kini terserah pada sekutu-sekutu Amerika Serikat dan negara-negara Barat yang liberal untuk mengingatkan masyarakat akan bahaya pinjaman tersebut.
Dilansir Associated Press (AP), belum lama ini, Sebelumnya, Wakil Presiden AS Mike Pence telah mengingatkan bahwa China menerapkan "jebatan utang" terhadap negara-negara berkembang di Pasifik.
"Saya ingin menggunakan bahasa yang lebih keras. Saya akan menggunakan istilah "payday loan diplomacy," tuturnya.
Menurut Culvahouse, dana pinjaman tersebut terlihat menarik dan mudah diperoleh, namun peminjam seharusnya mempelajari secara seksama ketentuan-ketentuan mengikat yang menjadi syarat pinjaman itu.
Pemerintah China membantah tuduhan bahwa negara itu menggunakan pinjaman, hibah dan bantuan finansial lain untuk memperluas jangkauan diplomasi dan politiknya. Pemerintah China menegaskan, pinjaman semata-mata diberikan untuk kepentingan kedua pihak yang terlibat dalam transaksi.
Dalam briefing harian di Beijing, juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Lu Kang mengkritik para pejabat AS yang mempermasalahkan kerja sama yang saling menguntungkan antara China dan negara-negara lain, termasuk kerja sama Selatan-Selatan dengan negara-negara kepulauan Pasifik.
"Saya berharap mereka (AS) akan memperbaiki sikap mereka, mengingat kepentingan jangka panjang negara-negara berkembang itu, dan melakukan hal-hal yang kondusif bagi pembangunan jangka panjang negara-negara itu, bukannya menimbulkan masalah," kata Lu. (afp/an)
"Saya ingin menggunakan bahasa yang lebih keras. Saya akan menggunakan istilah "payday loan diplomacy," tutur Arthur Culvahouse Jr.