Pindahkan Ibu Kota Negara ke Kaltim, RI Dekati Konflik Kawasan
Direktur Pacific Frontier Irfan Basri mengatakan, prinsip dasar pemindahan ibu kota harus dilihat dari perspektif yang lebih luas. Bukan hanya soal kepadatan penduduk, polusi, dan kemacetan Jakarta. Lebih dari itu, harus dilihat dari sisi geopolitik kawasan dan global.
“Kalau ibu kota negara dipindahkan ke Kalimantan Timur (Kaltim), maka posisinya mendekati perbatasan dengan negara luar, yakni Malaysia dan Filipina, serta laut Fasifik di sebelah timur, dan laut China Selatan sebelah utara dan barat,” ungkap pengamat kelautan Indonesia ini.
Kalimantan Timur, lanjut Irfan, akan mendekati separatisme di Mindanao, Filipina yang hingga sekarang belum selesai. Juga terlalu dekat dengan kemungkinan konflik dua kekuatan besar di Laut China Selatan yaitu antara China dan Amerika Serikat.
Menurut Irfan, kalaupun ibu kota tetap dipindahkan ke Kalimantan Timur, maka harus sepaket dengan manajemen desentralisasi dan sistem pertahanan dan keamanan.
“Pemindahan ibu kota, mungkin bisa terealisasi lima tahun ke depan. Justru pada saat itulah ketegangan di Laut China Selatan makin bergejolak dengan tingkat risiko yang tinggi. Ibu kota kita rawan di situ,” kata pria kelahiran Sulawesi Barat ini.
Karena itu, pemindahan ibu kota harus paralel dengan pertama, memindahkan armada pertahanan laut sebelah timur, yang saat ini berada di Surabaya, Jawa Timur ke Tidore di Maluku Utara.
“Kenapa di Tidore? Karena Tidore itu satu-satunya titik perang laut terlama melawan Belanda dan kita menang. Siapa pelakunya, Sultan Nuku, 20 tahun perang laut melawan Belanda. Karena itu kita kasih nama armatim atau armada timur Sultan Nuku,” jelasnya, seperti dilansir nu-online, Senin 26 Agustus 2019.
Menurut dia, memilih Tidore bukan tanpa sebab, tapi bisa menahan keinginan mereka yang sekarang ini meminta otonomi khusus. Dengan menjadikannya sebagai tempat armatim, pemerintah berarti memberikan kebanggaan kepada mereka dengan menghormati perjuangan leluhurnya.
“Kita berikan kebanggaan mereka dengan kita taruh armatim karena dari sisi historis masuk, dari sisi politikkepentingan pengelolaan kebanggaan Indonesia, masuk, dari posisi kepentingan geopolitik tepat persis di tepian pasifik. Sangat tepat melindungi wilayah-wilayah sekitar,” jelasnya.
Posisi Tidore juga penting untuk untuk ke dalam dan keluar. Untuk ke dalam, Armatim Tidore akan mewarning gerakan OPM di Papua untuk tidak melakukan gerakan tambahan. Keluar, armada Amerika yang berada di pasifik, mengerti bahwa Indonesia sangat siap menghadapi segala kemungkinan terburuk di dalam ketegangan laut.