Pimpin Delegasi Ulama, Quraish Shihab Diundang Khusus Raja Salman ke Istana
"Harapan Indonesia terhadap forum ini agar bisa menghasilkan langkah-langkah nyata menuju perdamaian di Afghanistan dengan tanpa memakai ungkapan yang bisa menyinggung salah satu pihak di Afghanistan." Prof M Quraish Shihab.
JEDDAH - Konferensi Internasional Ulama se-Dunia untuk Perdamaian dan keamanan di Afghanistan (International Ulema Conference on Peace and Security in Afghanistan) dibuka Selasa (10/7) di Jeddah, Saudi Arabia. Konferensi pertama tentang Afghanistan yang diadakan oleh OKI ini dihadiri oleh sekitar 130 ulama dari berbagai negara.
Dalam konferensi yang akan berlangsung sampai 11 Juli 2018 ini, Indonesia diwakili oleh delegasi ulama yang diketuai Prof. Dr. KH. Quraish Shihab.
Anggota Majelis Ulama Afghanistan Dr. Muhamad Syafiq Samim yang membacakan sambutan Ketua Ulama Senior Afghanistan Maulaya Qiyamuddin Kasyaf, menyebutkan bahwa Deklarasi Bogor sebagai salah satu tonggak penting proses perdamaian di Afghanistan.
Dengan penuh emosi dan diselingi isak tangis, Syafiq juga menjelaskan beberapa butir penting yang perlu mendapat perhatian dalam proses perdamaian tersebut. Antara lain perlunya gencatan senjata dalam jangka yang panjang. Kemudian perundingan secara inklusif dengan melibatkan Pemerintah Afghan dan Taliban.
"Serta keharusan mengimplementasikan fatwa pertemuan ulama seluruh Afghanistan yang menyatakan bahwa penumpahan darah adalah haram dan dosa besar," tegas Syafiq.
"Kehadiran Indonesia dalam konferensi ini menunjukkan keseriusan Pemerintah RI dalam menyelesaikan konflik dengan menebarkan nilai-nilai toleransi dan kemanusiaan," kata Agus Maftuh, Dubes RI untuk Kerajaan Arab Saudi.
Pada sisi lain, Syeikh Imam Masjidil Haram yang juga penasehat Royal Court (Diwan Malaki), Saleh bin Abdullah Humaid menegaskan bahwa pentingnya menciptakan kehidupan yang tasamuh (toleran) dan harmoni (ta’ayusy) bagi bangsa Afghan.
Dubes RI untuk Kerajaan Arab Saudi sekaligus Wakil Tetap RI untuk OKI, Agus Maftuh Abegebriel yang hadir di Konferensi tersebut menegaskan bahwa Deklarasi Bogor yang dihasilkan pada Trilateral Ulema Conference on Afghanistan mendapat apresiasi hangat dari peserta konferensi. Deklarasi yang diprakarsai oleh Presiden Jokowi pada Mei 2018 yang lalu itu melibatkan para ulama dari tiga negara yaitu Afghanistan, Pakistan dan Indonesia.
Dalam statemennya, Prof Quraish menyampaikan salam Presiden Jokowi kepada para Ulama peserta konferensi dan menegaskan bahwa Indonesia akan selalu komitmen untuk membangun jembatan damai dan kasih sayang untuk kemaslahatan rakyat Afghanistan.
Lebih lanjut Quraish Shihab juga menyampaikan harapan Indonesia terhadap forum ini agar bisa menghasilkan langkah-langkah nyata menuju perdamaian di Afghanistan dengan tanpa memakai ungkapan yang bisa menyinggung salah satu pihak di Afghanistan.
Dubes Agus Maftuh menambahkan bahwa kehadiran Indonesia dalam konferensi ini menunjukkan keseriusan Pemerintah RI dalam menyelesaikan konflik dengan menebarkan nilai-nilai toleransi dan kemanusiaan.
Maftuh Abegebriel juga menginformasikan bahwa pada hari Rabu jam 9.30 Waktu Saudi, Ketua Delegasi Ulama Indonesia, Prof Quraish Shihab akan diundang khusus oleh Raja Salman di Istana as-Salam Jeddah.
Konferensi pada hari kedua akan dilanjutkan di Guest House Kerajaan, Makkah Al-Mukarramah dan akan ditutup dengan Deklarasi Makkah untuk merealisasikan perdamaian di Afghanistan.
Maftuh sebelum jadi Dubes di Saudi juga terlibat aktif dalam Forum for Peace in Afghanistan yang diadakan oleh Nahdlatul Ulama di Jakarta 2011. Pada waktu itu semua faksi yang terlibat konflik di Afghan datang ke Jakarta dan menandatangani Path for Peace di PBNU.
Salah satu yang datang pada waktu itu adalah Prof Burhanuddin Rabbani mantan presiden Afghanistan. Tiga bulan sekembalinya dari Jakarta, Rabbani terkena serangan bom bunuh diri yang dilakukan oleh seseorang yang pura-pura bertamu dan menaruh bom high explosive di surban yang dipakai. (Erwan Widyarto)