Pilkada Kota Batu, Dosen UMM: Nomor Tengah Lebih Mudah Dipilih
Kampanye Pilkada Kota Batu 2024 secara resmi sudah dimulai hari ini, Rabu 25 Agustus 2024. Tiga paslon sudah ditetapkan dan sudah dilakukan pengundian nomor urut. Nurochman-Heli mendapatkan nomor urut 1, Firhando Gumelar-H Rudi dapat nomor urut 2, dan Krisdayanti-Dewa dapat nomor urut 3.
Mulai hari ini juga, ketiga paslon sudah diberikan jadwal kampanye resmi oleh KPU Kota Batu, termasuk pula penetapan batas-batas wilayah kampanye secara bergantian untuk ketiga paslon.
Akademisi FISIP Universitas Muhammadiyah Malang, Wahyudi Winarjo mengatakan, Pilkada Kota Batu kali ini adalah pilkada yang menarik. Tiga paslon yang berkontestasi memiliki ceruk dan strategi yang saling beririsan.
"Saya melihat ke tiga paslon ini strateginya mirip-mirip, tapi tetap ada bedanya. Seperti tim sepak bola ada menyerang bertahan dan wait and see," kata Wahyudi, Rabu 25 September 2024.
Beberapa bulan lalu misalnya kata Wahyudi, ia melihat paslon 1 dan 3 bergerak ramai turun ke masyarakat. Sedangkan nomor urut 2 lebih senyap ketika mendatangi masyarakat.
Namun sekarang, malah ia melihat kebalikannya. Paslon 1 dan 3 terus melakukan hal yang sama, sedangkan paslon nomor urut 2 mulai melakukan penyerangan yang terstruktur dan mengena ke masyarakat.
Bahkan dirinya beberapa kali ke Batu dalam waktu dekat ini untuk melakukan crosscheck lapangan, yang paling sering dibicarakan masyarakat adalah paslon nomor urut 1 dan 2. NH dan Gumelar-Rudi.
Menurutnya, NH karena sudah lama saja di Batu, maka masyarakat mengenal. Sedangkan Gumelar-Rudi ini ada aspek pembaharuan dan energi positif baru yang mengena di masyarakat. Apalagi masyarakat sudah mengenal bahwa Gumelar-Rudi lebih loman ke rakyat.
"Saya ke Batu dan melihat kondisi, ada persamaan dan perbedaan setiap paslon. Misalnya Gumelar ini ya, dia kan anak muda, jadi punya energi dan program yang lebih baru dan kabarnya itu yang dibutuhkan masyarakat Batu. Karena dalam psikologis sosial politik, saat ini sedang memasuki periode transisi menuju masyarakat modern. Nah orang-orang muda dan baru ini yang dibutuhkan saat ini," kata mantan Dekan FISIP UMM itu.
Terkait dengan nomor urut bagi Wahyudi, psikologi sosial masyarakat saat ini juga ada pengaruhnya dalam nomor urut yang didapat oleh paslon. Kecenderungan, rakyat lebih mudah memilih jika paslon itu mendapatkan nomor urut tengah.
Jika ada empat calon maka nomor urut 2 atau 3, sedangkan jika ada tiga paslon maka nomor urut 2 yang lebih diuntungkan. Secara teknis, jika membuka surat suara, masyarakat lebih dulu melihat nomor urut tengah, jika di Pilkada Kota Batu adalah nomor urut 2.
Selain itu menurut Wahyudi, masyarakat menilai bahwa nomor urut dua dianggap sebagai penengah antara sisi kiri-kanan, atas-bawah. Apalagi jika paslon tersebut merupakan gabungan dari generasi senior dan generasi milenial. Menurutnya, saat ini masyarakat cenderung memilih anak yang masih muda untuk bekerja bagi mereka. Karena sudah terbukti beberapa kepala daerah anak muda bisa bekerja dengan baik.
Tak hanya itu, nomor urut paslon juga membawa keuntungan bagi mereka, apalagi jika dikaitkan coat tail effect kepada pemimpin yang sedang mendapat amanah di jenjang lebih tinggi. Misalkan ke presiden atau gubernur.
Paslon yang mendapatkan nomor urut sama dengan presiden terpilih atau gubernur terpilih atau yang terkuat, sangat mungkin calon kepada daerah tingkat kabupaten/kota mendapatkan dampak juga dari kemenangan atasnya.
"Jadi sangat mungkin jika Kota Batu akan dimenangkan oleh nomor tengah, kalau saat ini Gumelar-Rudi ya yang nomor 2. Bisa linier juga dengan misalnya kepada kemenangan Prabowo Subianto atau nanti suara yang memilih Khofifah Indar Parawansa.”
“Dan menurut saya sangat cocok anak muda memimpin Kota Batu, karena pasti akan ada perubahan cara kerja, cara pandang, hingga pembangunan fisik. Karena Kota Batu sebagai kota wisata harus terus berkembang," katanya.