Pilih Ramah Anak, Gus Kikin: Tak Perlu Ragukan Masuk Pesantren
Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur, KH. Abdul Hakim Mahfudz, meyakinkan, masyarakat Jawa Timur, khususnya, tidak perlu khawatir atau ragu dalam memasukkan putra-putrinya ke pondok pesantren. Namun, diingatkan agar masyarakat lebih selektif dalam memondokkannya.
"Dalam situasi seperti ini, kita harus tetap tenang dan bijak. Masyarakat harus terus mempercayai pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan yang kokoh dan amanah. Namun, kita juga harus lebih kritis dan selektif dalam memilih pondok pesantren yang sesuai dengan nilai-nilai Islam Ahlussunnah Waljama'ah An-Nahdliyyah yang benar," ujar KH. Abdul Hakim Mahfudz yang akrab disapa Gus Kikin, dalam keterangan Senin, 4 Maret 2024.
Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, menekankan, salah satu hikmah dari kasus kekerasan yang terjadi di Kediri, adalah untuk menggugah kesadaran masyarakat agar lebih selektif dalam memilih pondok pesantren untuk putra-putrinya. Yaitu pondok pesatren yang memiliki tradisi pendidikan luhur dan memiliki garis keilmuan yang jelas (mutawattir).
Cicit Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy'ari, berharap agar kejadian ini menjadi momentum bagi semua pihak untuk meningkatkan kualitas pendidikan di pondok pesantren dan memastikan bahwa setiap lembaga pendidikan Islam beroperasi sesuai dengan standar yang ditetapkan.
Keprihatinan Mendalam
Atas kejadian itu, pihaknya menyampaikan rasa keprihatinan mendalam menanggapi peristiwa memilukan, yaitu meninggalnya seorang santri di salah satu Pondok Pesantren di Mojo, Kediri. Dalam hal ini PWNU ingin menggaris bawahi beberapa hal penting yang berkaitan dengan peristiwa tersebut.
Pertama, PWNU Jawa Timur menyayangkan fakta bahwa pondok pesantren tersebut tidak memiliki izin operasional yang sah. Keberadaan lembaga pendidikan tanpa izin resmi dapat menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan terkait dengan tanggung jawab lembaga (ponpes) terhadap peserta didik/santri, serta potensi terjadinya penyimpangan dari ketentuan yang telah diatur oleh pemerintah.
Kedua, PWNU Jatim mengamati adanya perbedaan dalam pendekatan pola pendidikan di pondok pesantren tersebut, dengan nilai-nilai yang telah lama dijunjung tinggi oleh pondok pesantren di Jawa Timur khususnya. Pondok pesantren selama ini telah menjadi lembaga pendidikan yang mempertahankan nilai-nilai luhur, sifat asuh dan mengayomi, kemandirian, gotong royong, dan saling membantu (ta'awun) sebagai inti dari pembentukan karakter santri.