Pilih Kegiatan Pertanian Umat, Ini Alasan Kiai Ma’ruf tak Setuju Aksi 299
Lamongan: Aksi pendukung Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), Jumat (29/9) dinilai Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat K.H Ma'ruf Amin, kurang tepat dilakukan dengan berlindung di balik isu anti-komunisme. Karena itu, Kiai Ma’ruf lebih memilih kegiatan di Lamongan pada saat yang sama ada aksi di Jakarta itu.
“Ya, mereka mengadakan aksi sebagai upaya menambah kegaduhan di negeri ini,” tuturnya pada ngopibareng.id, Sabtu (30/09/2017).
Massa HTI yang mengatasnamakan alumni Aksi 212 itu, sejatinya hanya menunggangi isu anti- komunisme. Padahal, dalam aksi mereka menyuarakan ‘khilafah…khilafah…”. Mereka menyuarakan menolak Perppu Ormas yang isinya justru merupakan upaya untuk menghambat bibit neo-komunisme.
Cicit Syekh Nawawi yang memimpin Majelis Ulama Indonesia itu menilai, aksi serupa tak lagi diperlukan. Sebab, menurutnya, umat Islam lebih membutuhkan aksi nyata di ranah pengembangan ekonomi.
"Ummat membutuhkan berbagai prakarsa multipihak untuk perbaikan taraf hidup mereka," papar Kiai Ma'ruf, dalam sambutannya di acara Panen Raya Jagung Musim Kemarau 2017 di Desa Kendali Kecamatan Pucuk Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, Jumat (29/9).
Alih-alih ikut memberi atensi terhadap aksi 299, Jumat kemarin, bertepatan dengan rencana aksi 299, Kiai Ma’ruf Amin justru memilih menempuh medan yang terjal menuju perkebunan rakyat di Lamongan. Guru Besar Ekonomi Syariah Universitas Islam Negeri Malang ini, membiarkan tangan halusnya tergores tajamnya daun dan batang jagung.
"Saya sangat mengapresiasi langkah pemerintah Kabupaten Lamongan, Asosiasi Tani Nelayan Andalan, juga Asosiasi Petani Jagung Indonesia, bersama-sama para petani di Lamongan yang mampu meningkatkan hasil jagungnya hingga 300 persen bila dibandingkan masa panen sebelumnya," papar Kiai Ma'ruf Amin, yang berkesempatan bersilaturahmi ke Pesantren Sunan Drajat di Paciran Lamongan asuhan KH Abdul Ghofur.
Inisiatif demikian, tambahnya, lebih mulia ketimbang aksi-aksi yang justru berpotensi memicu kegaduhan.
"Mengawal pengembangan ekonomi ummat juga merupakan bagian dari tugas ulama. Sebab tanggungjawab ulama itu tak hanya menjaga akidah ummat dan mengembangkan keilmuan keislaman," ungkapnya.
Menurut Kiai Ma'ruf yang pendiri Pondok Pesantren An-Nawawi, Tanara ini, ulama juga punya tanggungjawab keumatan dan kebangsaan. Di tengah kondisi umat Islam di Indonesia yang belum sepenuhnya mapan secara ekonomi, Perlu dibangunkan semangat ekonominya.
Diperkuat etos kerjanya, serta dicarikan peluang dan bantuan untuk meningkatkan taraf ekonominya agar mampu mandiri.
"Ulama itu punya tanggungjawab keummatan dan tanggungjawab kebangsaan. Tanggungjawab kebangsaan, di antaranya, adalah mengawal keutuhan NKRI," imbuhnya. (adi)