Pilgub Jatim 2024, Pengamat Unair: Ketiga Srikandi Wajib Amankan Suara NU
Pengamat politik Unair memandang semua bapaslon memiliki garis NU dan memiliki strategi khusus untuk dapat meraup suara di kabupaten/kota se-Jatim.
Kontestasi Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jatim 2024 memunculkan tiga sosok perempuan, yang memiliki latar belakang pengalaman dan sepak terjang yang berbeda pula. Namun, tak ayal ketiga bapaslon ini memiliki kesamaan yang sangat identik dengan nafas mayoritas masyarakat Jatim, yakni Nahdlatul Ulama (NU)
Pengamat politik Universitas Airlangga Probo Darono Yakti menjelaskan, masyarakat Jatim saat ini dihadapkan dengan tiga pilihan yang cukup beragam. Mulai dari petahana Khofifah-Emil, Risma-Gus Hans, dan pendatang baru di dunia pemerintahan, Luluk-Lukman.
"Petahana Khofifah, seorang birokrat dan pasangannya Emil Dardak, seorang teknokrat yang merupakan representasi masyarakat perkotaan. Risma, Walikota Surabaya dua periode dan Menteri Sosial serta pasangannya Gus Hans, sosok agamis yang berlatarbelakang pesantren. Kemudian Luluk, anggota DPR RI Fraksi PKB serta mitranya Lukman yang juga berlatarbelakang agamis," ungkapnya kepada Ngopibareng.id, Jumat 30 Agustus 2024.
Probo juga mengatakan, ketiga bakal pasangan calon ini dilihatnya unik karena masih terafiliasi dengan satu organisasi yang sama, yakni NU.
"Kita lihat dari kubu hijau, Luluk ini adalah representasi dari Fatayat, Khofifah adalah Ketua Muslimat NU empat periode berturut-turut, dan Gus Hans dahulu dikenal sebagai jubir Khofifah. Ini menjadi warna tersendiri bahwa NU memang punya garisnya masing-masing," paparnya.
Dengan konfigurasi NU yang tercermin di dalam masing-masing bapaslon tersebut, Probo menuturkan, ketiganya wajib memiliki strategi untuk dapat mengamankan kantong-kantong suara NU di masing kabupaten dan kota se-Jawa Timur.
Menurutnya, Khofifah-Emil tidak boleh merasa di atas angin walaupun keduanya menyandang status sebagai petahana.
"Dengan adanya pemecahan peta politik, setiap paslon tertantang mengeluarkan ciri khasnya dan mendetilkan kebutuhan di masing-masing arena kontestasi, misal di masyarakat pesisir yang membutuhkan sosok yang mengayomi kelompok nelayan, lalu di Mataraman di aspek pertanian, Arek di sektor industri, dan Pandalungan yang variatif," tegasnya.
Lalu, Probo juga menerangkan tantangan yang dihadapi oleh bapaslon lainnya. Pasangan Luluk-Lukman tidak bisa hanya mengandalkan mesin partai dari PKB walaupun partai tersebut menjadi pemenang dalam Pileg 2024 di Jatim.
"Bahwa permasalahan legitimasi seorang Cak Imin yang menjabat sebagai ketua umum, kita lihat apakah berpengaruh di Jatim karena beberapa basis PKB yang berafiliasi dengan NU dikendalikan oleh Gus Yahya, perseturuan antara keduanya menjadi satu isu yang saling berkaitan pasangan calon," terangnya.
Probo menegaskan, pasangan Risma-Gus Hans punya peluang besar di wilayah Surabaya Raya. Namun, mereka memiliki rintangan untuk dapat mengamankan basis suaranya di wilayah yang mayoritas masyarakatnya bercorak agraris.
PDI-P yang percaya diri untuk mengusung calonnya sendiri dan tidak membuka pintu koalisi dengan PKB untuk bekerjasama menyaingi petahana menjadi satu fenomena politik yang menarik menurutnya.
"PDI-P percaya diri dengan basis massa di Jatim, yang adalah salah satu kandang banteng di Indonesia, mereka juga memliki sasaran tembak dengan slogan resik-resik yang adalah kontra narasi dari apa yang sudah dicapai Khofifah-Emil selama lima tahun masa jabatannya," pungkasnya.
Advertisement