Tak Sebut Nama Trump, Ini Pidato Kemenangan Perdana Biden
Presiden dan Wakil Presiden Amerika Serikat terpilih, Joe Biden dan Kamala Haris, menyampaikan pidato kemenangan di depan kerumunan pendukungnya pada Sabtu malam 7 November 2020 atau Minggu pagi waktu Indonesia (8 November 2020) di kampung halamannya di Wilmington, Delaware.
"Waktunya untuk memulihkan Amerika!...Saya bukan hanya presiden orang yang telah memilih saya, tapi semua...," ucap Presiden Joe Biden.
Kemenangan demokrasi ia garisbawahi dalam pidato pertamanya di kota kelahiran, Delaware. Nadanya sejuk dan merajut harapan kaum biru maupun merah.
Ia kembali menegaskan kehendak untuk selekasnya merajut persatuan, memerangi covid-19, membenahi perekonomian yang sedang terpuruk, dan mengurusi pemanasan global.
Lelaki yang hampir 78 tahun ini tak lupa berterimakasih ke banyak orang yang selama ini mendukung dirinya mewujudkan mimpi.
Dalam pernyataannya, keduanya sama sekali tidak menyinggung soal Trump, dan memfokuskan pembicaraan pada upaya membangun koalisi di antara berbagai macam etnis, warna kulit, dan kepercayaan.
Joe Biden bahkan menyebutkan koalisi beragam warga Amerika yang berkumpul memilihnya sebagai presiden.
“Saya bangga dengan koalisi yang kami kumpulkan sebagai koalisi terluas dan paling beragam dalam sejarah,” katanya.
“Demokrat, Republikan, independen, progresif moderat, konservatif, muda tua, perkotaan, pinggiran kota, pedesaan, gay, heteroseksual, transgender, kulit putih, Latin, Asia, Pribumi Amerika. Saya sungguh-sungguh," ungkapnya
Dia mencatat, dia tidak akan bisa mencapai kemenangannya ini tanpa suara dari warga kulit hitam Amerika.
“Terutama pada saat-saat ketika kampanye ini berada pada titik terendahnya,” katanya, “komunitas Afrika-Amerika berdiri lagi untuk saya.”
Di negara bagian penting termasuk Pennsylvania, Michigan, Wisconsin, dan Georgia, pemilih kulit hitam sangat penting bagi kemenangan Demokrat.
Sementara itu, Harris, berbicara tentang almarhum ibunya, Shamala Gopalan Harris saat berbicara di depan pendukungnya.
“Ketika dia datang ke sini dari India, pada usia 19, dia mungkin tidak begitu membayangkan momen ini. Tapi dia sangat percaya pada Amerika di mana momen seperti ini mungkin terjadi,” katanya.
"Jadi saya memikirkan tentang dia dan tentang generasi semua wanita - wanita kulit hitam, Asia, putih, Latin, wanita Pribumi Amerika - yang sepanjang sejarah bangsa kita telah membuka jalan untuk momen ini di malam ini. "
“Meskipun saya mungkin wanita pertama di kantor ini, saya tidak akan menjadi yang terakhir,” tambahnya.
Advertisement