Picu Kontroversi, Bakorpakem Kaji Petilasan Palsu dan Patung Bintaos
Meski telah dirobohkan karena memicu kontroversi di masyarakat, patilasan palsu Syaikh Maulana Ishaq dan patung Tari Gandrung kembali bercokol di Kabupaten Probolinggo. Patilasan palsu Syaikh Maulana Ishaq di Desa Gerongan, Kecamatan Maron, Kabupaten Probolinggo pernah dibongkar pada 2023 lalu.
Kemudian patung Tari Gandrung karya Nur Slamet alias Nur Bintaos dibangun di Desa Ranugedang, Kecamatan Tiris, Kabupaten Probolinggo. Nur Slamet, warga Desa Ganting Wetan, Kecamatan Maron, Kabupaten Probolinggo, yang pernah bekerja dan “berguru” seni patung di Bali.
Membuat patung berbentuk nyeleneh, merupakan hobi Bintaos. Ia pernah membuat dua batu nisan raksasa pada 2018 dan patung raksasa Dewi Sri pada 2013.
Akan tetapi karena meresahkan masyarakat dua patung itu pun dibongkar oleh aparat. Nah, kali ini, MUI Kabupaten Probolinggo kembali menerima aduan masyarakat bahwa Bintaos kembali membuat patung nyeleneh.
Patung-patung itu dibangun di sekitar rumah Bintaos. Ada pula laporan patung Tari Gandrung yang dibangun di Desa Ranugedang, Kecamatan Tiris.
Kali ini patung Bintaos dan patilasan palsu itu menjadi agenda rapat koordinasi Badan Koordinasi Paham Aliran Kepercayaan Masyarakat (Bakorpakem) Kabupaten Probolinggo, Rabu, 2 Oktober 2024. Pembahasan kedua hal itu terkait munculnya dugaan aliran menyimpang di Kabupaten Probolinggo.
Dalam pertemuan yang digelar di aula Kejaksaan Negeri (Kejari) Kabupaten Probolinggo tersebut, Wakil Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Probolinggo, KH Abdul Wasik Hannan mengatakan, masalah patilasan palsu dan patung Bintaos perlu dibahas tuntas.
"Patung Tari Gandrung dibuat oleh Nur Slamet dari Ganting Wetan, Maron. Sedangkan yang patilasan palsu dibuat oleh orang Desa Segaran, Kecamatan Tiris," kata KH Wasik.
Dikatakan bukan kali pertama Nur Slamet membuat patung. Beberapa tahun sebelumnya, ia pernah membangun patung berukuran raksasa di Desa Ganting Wetan, Kecamatan Maron.
Namun, patung itu dirobohkan karena menuai kontroversi di tengah masyarakat. Sedangkan petilasan di Desa Gerongan, Kecamatan Maron, merupakan patilasan palsu Maulana Ishaq yang membuat masyarakat sekitar resah.
Patilasan tersebut sebelumnya sudah pernah dibongkar pada 2023 lalu, namun belakangan ini lokasi petilasan tersebut kembali sering dikunjungi orang, terlebih setelah dibangun musala di lokasi petilasan tersebut.
"Berdasarkan kajian kami, patilasan tersebut adalah palsu. Dan kegiatan yang ada di lokasi tersebut juga menyimpang," kata KH Wasik.
KH Wasik menambahkan, kegiatan menyimpang yang ada di patilasan palsu itu sangat jelas terjadi setiap malam Kamis. Sejumlah warga secara rutin menggelar istighosah di musala petilasan tersebut.
"Ini sudah menyimpang, bacaan istighosah yang dilakukan itu sudah tidak sesuai, tidak benar, makanya kami pastikan itu adalah menyimpang," katanya.
Sementara itu, Kepala Kejari Kabupaten Probolinggo yang sekaligus Ketua Bakorpakem, Ahmad Nuril Alam melalui Kasi Intel mengatakan, akan terus mengkaji secara komprehensif terhadap dua lokasi yang memunculkan kontroversi di masyarakat tersebut.
Bakorpakem akan kembali berkumpul dengan para pemangku kepentingan (stakeholder) guna menyikapi patilan palsu dan patung Bintaos. "Kami kaji secara komprehensif dulu. Contoh yang patung Bintaos itu, apa itu dimaksudkan untuk karya seni atau bagaimana,” kata Ahmad.
Advertisement