PGN Tangani Bisnis LNG Holding Migas untuk Perkuat Pasokan Gas
PT Perusahaan Gas Negara (PGN) Tbk resmi menangani bisnis gas alam cair (liquefied natural gas/LNG) yang sebelumnya digarap PT Pertamina (Persero) selaku Holding BUMN Migas. Tambahan bisnis LNG ini bakal memperkuat pasokan gas dalam negeri.
Direktur Strategi dan Pengembangan Bisnis PGN Syahrial Muktar menuturkan, bisnis LNG Pertamina kini telah ditangani oleh PGN sebagai Subholding Gas. “Untuk pengembangan bisnis LNG yang baru, baik molekul maupun infrastruktur, sudah di-handle PGN,” kata dia di Jakarta, Selasa 12 November 2020 seperti dikutip dari Investor Daily .
Menurutnya, PGN mendapat tugas dari Pertamina untuk mengelola bisnis LNG end-to-end secara penuh sejak pertengahan tahun ini. Hal ini dimulai dengan inisiatif dan pengembangan bisnis baru bisnis LNG baik domestik maupun global. PGN juga menerima mandat dari pemerintah dan pemegang saham untuk mengelola dan mengintegrasi bisnis gas dan LNG di Indonesia dari midstream ke downstream untuk mencapai nilai paling optimal kepada seluruh pemangku kepentingan.
PGN disebutnya tidak akan berhenti untuk melayani kebutuhan energi dalam bentuk komoditas semata. “Kami sudah meninjau kesempatan untuk mengambil peran dan mengembangkan infrastruktur gas dan LNG sepanjang rantai nilai, mulai dari kepemilikan bidang likuifaksi, regasifikasi, kapal, regenerasi energi atau transmisi infrastruktur, saluran pipa dan fasilitas gas kota,” papar Syarial.
Untuk memasok kebutuhan gas bumi domestik bagi seluruh sektor, saat ini PGN Grup telah menyediakan gas atau LNG pada berbagai pasar, tidak hanya sebagai energi dan industri, tetapi juga untuk komersial, ritel, dan rumah tangga. PGN berupaya menjamin agar pasokan gas mengalir selama 24 jam dengan menginisiasi bisnis LNG sejak dua tahun lalu, salah satunya dengan mengoperasikan unit penampungan dan regasifikasi terapung (floating storage and regasification unit/FSRU) Hal ini guna mengantisipasi resiko-resiko dan gangguan-gangguan teknis di sumur gas.
Seperti yang terjadi baru-baru ini di Sumatera Tengah dan Jawa Timur, PGN mengganti pasokan gas dengan LNG dari terminal LNG di Lampung, sehingga membuat pasokan gas melalui pipa South Sumatera West Java (SSWJ) tetap stabil. Sehingga, para pelanggan PGN yang sebagian besar merupakan sektor industri tetap dapat memperoleh pasokan gas guna memenuhi kebutuhan energinya.
Selain itu untuk mengantisipasi peningkatan pertumbuhan gas bumi dan menjaga ketahanan pasokan gas di Jawa Timur, PGN sedang membangun Terminal LNG di Teluk Lamong, Surabaya. Pembangunan Terminal LNG berkapasitas 40 miliar british thermal unit per hari (billion british thermal unit per day/BBTUD) yang terbagi dalam tiga fase itu ditargetkan beroperasi pada akhir tahun ini dan rampung seluruhnya pada 2023.
Kemudian, sesuai rencana, PGN akan membangun sejumlah infrastruktur baru, di antaranya jaringan pipa transmisi 528 km dan distribusi 500 km, hingga 2024. PGN juga akan membangun tujuh LNG filling station untuk kapal, lima FSRU, 3,59 juta sambungan rumah tangga, dan 17 fasilitas LNG. Hal ini guna mencapai porsi gas dalam bauran energi 2024. Pasalnya, untuk optimalisasi pemanfaatan gas bumi domestik, infrastruktur gas adalah keniscayaan.
Sebagai subholding migas, saat ini total jaringan pipa gas PGN lebih dari 10.000 km. PGN juga mengoperasikan dua FSRU, satu Terminal Regasifikasi LNG, 64 stasiun pengisian bahan bakar gas (SPBG) dan empat mobile refueling unit (MRU).