PGN Pastikan Penyesuaian Harga Gas Masih Dalam Koridor Regulasi
PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) sedang fokus membangun sejumlah infrastruktur baru untuk memenuhi target bauran gas bumi 22 persen hingga 2025. Di dalamnya termasuk pembangunan 500 km jaringan pipa distribusi, 528 km pipa transmisi, dan 3,59 juta sambungan rumah tangga.
"Target pembangunan infratruktur itu semuanya harus dibiayai sendiri perusahaan. Padahal, sejak 2013 PGN tidak pernah melakukan penyesuaian harga terhadap mayoritas pelanggan industri," kata Sekretaris Perusahaan PGN Rahmat Hutama, Minggu, 25 Agustus 2019.
Menurutnya, rencana penyesuaian harga untuk gas industri itu adalah bagian dari rencana besar pembangunan infrastruktur baru itu. Lagi pula, rencana penyesuaian harga gas industri mendatang masih dalam koridor regulasi.
Rahmat menjelaskan, bauran gas bumi adalah perbandingan atau proporsi penggunaan energi. Untuk memenuhi target tersebut, percepatan pembangunan infrastruktur mutlak dilakukan agar penggunaan gas bumi semakin meluas dan merata ke berbagai daerah.
"Selama ini kami selalu mengambil risiko untuk membangun infrastruktur gas, kendati pasokan dan pasarnya belum terjamin. Inilah peran yang selalu dijalankan PGN sebagai pionir pemanfaatan gas bumi di Indonesia," ujar Rahmat.
Berkat inisiatif dan peran pionering PGN dan entitas anak usahanya, saat ini lebih dari 10 ribu kilometer jaringan pipa gas telah terbangun dan melayani lebih dari 300 ribu konsumen dari berbagai segmen pasar. Adanya infrastruktur gas bumi memastikan gas dapat tersalurkan secara berkelanjutan.
Selain jaringan pipa distribusi, transmisi, dan sambungan rumah tangga baru, PGN juga merencanakan pembangunan 7 LNG filling station untuk truk/kapal, 5 FSRU, dan 17 fasilitas LNG. Semuanha untuk mensuplai kebutuhan kelistrikan dan menjangkau wilayah geografis dengan karakteristik kepulauan di seluruh wilayah Indonesia.
Rahmat menyatakan, pembangunan berbagai infrastruktur gas itu menjadi prioritas utama PGN mengingat makin besarnya kebutuhan energi yang lebih efisien di daerah. Terutama daerah-daerah yang selama ini belum terjamah gas bumi dan memiliki potensi ekonomi yang sangat baik.
"Pembangunan jalan tol yang sudah terealisasi telah membuka potensi sentra industri baru di daerah. Potensi-potensi seperti itu yang akan didukung PGN dengan infrastruktur gas, sehingga industri di daerah dapat berkembang lebih efisien dan pemerataan ekonomi pun ikut tercipta," imbuhnya.
Saat ini, PGN sedang dalam penyelesaian proyek pipa gas Gresik-Semarang sejauh 267 km. Nantinya pipa ini akan mengalirkan gas dari blok migas Jambaran Tiung Biru yang dikelola oleh Pertamina EP.
Selain mengalirkan gas, ke PLTGU Tambak Lorok milik PLN, kehadiran jaringan pipa gas berukuran 28 inchi ini akan dapat menyalurkan gas untuk industri di wilayah Jawa Tengah.
"Selama ini pasokan gas ke Jawa Tengah dari jaringan pipa belum ada. Proyek infrastruktur dari Gresik ini menjadi momentum untuk perluasan penggunaan gas bumi bagi masyarakat serta industri di Jawa tengah dan sekitarnya," jelas Rahmat.
Sebelumnya, Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Syaikhul Islam juga meminta pemerintah Jokowi jilid II untuk memprioritaskan pembangunan infrastruktur gas. Selain faktor penurunan produksi minyak didalam negeri yang terus terjadi sejak 2003, mayoritas blok-blok migas yang ditemukan dan dieksplorasi memiliki kandungan gas yang lebih besar.
"Pembangunan infrastruktur gas harus jadi prioritas jika kita tidak ingin terjebak pada energi impor minyak bumi dan LPG. Sumber gas kita juga lebih besar," katanya.
Advertisement