Petugas Kebersihan Rela Bekerja di Hari Raya Demi Kebersihan Kota
Petugas kebersihan penyapu jalan dan mereka yang mengampulkan sampah dari rumah ke rumah dengan gerobak, sejatinya mereka telah mengorbankan kemerdekaan individunya untuk masyarakat pada waktu lebaran.
Di saat masyarakat menikmati libur panjang dan bergembira menyambut Hari Raya Idul Fiti bersama keluarga, petugas kebersihan itu tetap nyapu dan bergelut dengan limbah rumah tangga yang menjijikkan.
Sebab jika seluruh tukang sampah ikut cuti bersama selama 10 hari seperti pegawai kantoran, sampah akan menggunung dan berserakan di mana mana. Diakui atau tidak, berkat jasa tukang sampah itu Surabaya tetap bersih dan berseri pada saat lebaran.
Ngopibareng.id sempat mewawancarai beberapa petugas kebersihan di Jakarta dan Surabaya pada waktu lebaran. Sejatinya mereka juga mempunyai keinginan yang sama, bisa berlebaran bersama keluarga seperti yang lain. Tapi muncul pertanyaan dalam benak mereka, kalau ditinggal libur, kemudian siapa yang sanggup menggantikannya.
"Beda dengan profesi yang lain seperti pegawai kantor, petugas medis, yang menggantikan berebut, tapi siapa yang mau menggantikan tukang sampah," kata Sukidi petugas kebersihan di daerah Manyar Tompotika Surabaya, Sabtu 13 April 2024.
Seandainya tukang sampah itu menuruti ego dan mengesampingkan tanggungjawabnya, pria asal Sragen itu memprediksi sampah akan menggunung dan berserakan di mana mana.
"Tidak usah ikut cuti bersama 10 hari, tukang sampah libur serenrak selama dua hari saja, Surabaya akan banjir sampah, disertai bau yang menyengat," kata Sukidi.
Beberapa kota yang produksi sampahnya cukup tinggi, seperti Jakarta, Surabaya (sekitar 1.600 ton/hari), Bandung dan kota-kota besar lainnya akan tertimbun sampah seandainya tukang sampah mempertahankan egonya dengan mengambil cuti bersama.Tidak ada yang sanggup menggantikannya, jijik. Itu alasannya.
Pengalamannya sekitar tahun 2001 menjadi tukang sampah, banyak suka duka yang dialami. Meskipun tidak semua masih ada orang yang menghargai tukang sampah dan mau berucap terima kasih ketika sampahnya diambil.
"Ada yang welas asih, terkadang diberi kue atau nasi kotak, bahkan ada yang ngajak ngobrol sambil ngopi, bagi saya ini sebuah penghormatan," kata Sukidi sambil menghapus keringat di keningnya. Ia baru saja mengumpulkan sampah dari rumah ke rumah beberapa RT di Kelurahan Manyar Sabrangan dan Menur dengan gerobak, ditemani adiknya bernama Sugik.
Tapi ada juga yang tidak peduli, yang ia sebut cuwek bebek. Mengucapkan terima kasih saja hampir tak pernah. "Yang dibuang bukan hanya sampah organik, tapi bantal kasur, pecahan kaca," katanya.
Menurut bapak tiga anak hasil pernikahannya dengan Muina, menjadi tukang sampah sudah menjadi garis tangannya. Menjadi tukang sampah bukan cita citanya. "Saya dulu brrcita cita menjadi tentara atau angkatan darat tapi Gusti Allah menentukan lain, tapi saya tetap bersyukur dan menjalaninya dengan ikhlas," ujarnya.
Sukidi berpedoman pada ajaran yang menyebutkan bahwa kebersihan itu setengah daripada iman. Sebab itu ia tak pernah merasa terhina sebagai tukang sampah, sebaliknya malah bangga meskipun hidup dari sampah, bisa menyekolahkan putri bungsunya hingga perguruan tinggi. "Alhamdulillah, pada Maret 2024, putri saya diwisuda menjadi sarjana (S1) di UIN Sunan Ampel Surabaya," kata Sukidi dengan bangga.
Soal upah memungut sampah? "Ngisin-ngisini kalau saya sebutkan, tapi Gusti Allah itu adil, buktinya saya bisa menghidupi keluarga saya," kata Sukidi saat memindahkan sampah dari grobaknya ke mobil pengangkut sampah untuk dibawa ke tempat pembuangan sampah akhir Benowo.
Dominasi Sampah Organik
Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Surabaya mencatat volume sampah yang masuk ke Tempat Pembuangan Akhir Benowo (TPA) Benowo sekitar 1.600 ton per hari. Dari volume sampah tersebut, 60 persen didominasi oleh organik.
Dari 60 persen sampah yang masuk ke TPA Benowo merupakan organik. Sementara sisanya adalah sampah jenis anorganik. Volume sampah plastik di TPA Benowo mengalami penurunan. Hal sehubungan dengan berlakunya Peraturan Wali Kota (Perwali) Nomor 16 tahun 2022 tentang Pengurangan Penggunaan Kantong Plastik.
DLH Surabaya mencatat ada penurunan dari (terbitnya) Perwali itu. Turunnya yang sudah dilakukan toko dan pasar modern, kalau pasar krempyeng agak lambat.
Sungai Sampah
PJ Gubernur Jakarta Heru Budi Hartono memgakui kedisiplinan masyarakat Jakarta membuang sampah pada tempatnya masih rendah. Sungai sering dijadikan tempat pembuangan sampah. Akibat sungai penuh dengan sampah atau limbah rumah tangga.
Mantan Sekretariat Presiden Jokowi pernah mengeluarkan surat edaran akan menjatuhkan sanksi denda kepada masyarakat yang nembuang sampai ke sungai, yang akan dipantau menggunakan drone, yang bisa memotret masyarakat yang membuang sampai ke sungai.
"Saya juga mendengar gagasan Pak Heru Budi diawal menjadi Pj Gubernur Jakarta, tapi realisasinya tidak jelas, warga Jakarta tetap ada yang lebih suka membuang sampah ke sungai karena gratis, tanpa berfikir akibatnya," ujar pengamat sosial Universitas Indonesia, Devi Rahmawati.