Peternak Sapi di Sidoarjo atasi Wabah PMK Pakai Jamu Herbal
Wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) sangat cepat menyebar di Sidoarjo. Ratusan ekor sapi dikabarkan terserang PMK. Sebagai upaya mandiri, peternak sapi di Sidoarjo memberi jamu herbal untuk mengobati sapinya.
H. Mustofa, salah seorang peternak sapi asal Desa Gagang Kepuhsari, Kecamatan Balongbendo, Sidoarjo, mempunyai cara tersendiri untuk mengobati ternak sapinya yang terkena wabah PMK. Kepala Desa Gagang Kepuhsari itu memanfaatkan bahan-bahan herbal seperti kunyit, telur, dan gula jawa.
"Kunyit saya campur air kemudian dijus lalu dicampur dengan gula jawa dan telur. Rutin saya suapi itu setiap hari alhamdulillah membaik," ucap Mustofa, Selasa 10 Mei 2022.
Mustofa memiliki 30 ekor sapi di kandangnya. Hampir seluruh ternak Mustofa terkena wabah PMK. Sebelum diberi racikan jamu herbal, sapi-sapi di kandangnya tidak mau makan dan kondisinya lemas.
Mulut dan kuku mengalami luka, beberapa ada yang sampai berdarah bahkan mengeluarkan bau tidak sedap. "Bahkan sampai saya paksa kasih makan, saya suapin sapinya. Saya di kandang sampai jam 02.00 WIB dini hari untuk ngasih makan sapi," imbuhnya.
Awalnya, ada 50 ekor sapi di kandangnya. Setelah terserang wabah PMK sejak akhir bulan puasa, kini ternak sapinya tinggal 30 ekor. Beberapa ada yang sengaja dijual dengan harga murah dalam kondisi sakit.
"Paling parah ada 2 ekor sapi, kondisinya sakit sudah lemas nggak mau makan. Bisa dibilang hampir meninggal. Laku Rp 5 juta, padahal kalau sapi normal harganya Rp 30 sampai 35 juta an," bebernya.
Untuk mengatasi kuku sapi yang sakit, Mustofa menyemprotkan cairan formalin ke kaki sapi. Cairan tersebut terbukti ampuh dan cepat menyembuhkan dan membuat luka di kaki sapi cepat kering.
"Saya mikirnya, zat dari formalin bisa mencegah bakteri yang mengakibatkan daging membusuk. Nah akhirnya saya coba ternyata berhasil. Sapi saya bisa berdiri lagi, lukanya cepat kering, sekarang tahap pemulihan," ucapnya.
Mustofa menceritakan, beberapa bulan sebelum puasa ia membeli sapi baru dari pasar sapi di Kecamatan Krian. Selang seminggu sapi tersebut sakit pada bagian mulut dan kuku, tidak mau makan, tidak bisa berdiri karena kakinya bengkak.
"Penyakit tersebut menular cepat ke sapi lain di kandang. Sampai saya bingung, harus rela menjual murah. Tiap hari saya harus keluarkan biaya Rp 1,5 juta untuk pengobatan," tutupnya.
Advertisement