Petani Sudah Panen, Gudang Tembakau Belum Buka
Ketika sebagian petani masih berkutat menanam tembakau dan merawat tembakau muda, ternyata ada sebagian petani di Kabupaten Probolinggo sudah mulai memanen tembakaunya. Sisi lain, hasil panen tembakau yang panen dini itu tidak bisa langsung terserap sejumlah gudang pabrik rokok.
“Tanaman tembakau yang saya tanam terserang hama londrak sehingga daunnya langsung saya panen dini. Jika tidak secepatnya dipanen, londrak akan menyebar ke semua daun tembakau,” ujar Lukman Hakim, petani tembakau di Desa Sambirampak Kidul, Kecamatan Kotaanyar, Kabupaten Probolinggo, Rabu, 20 Juli 2022 sore.
Seperti diketahui, hama thrips yang oleh petani di Probolinggo lebih dikenal dengan sebutan hama londrak pernah secara eksplosif (meledak) menyerang tembakau pada 2014 silam. Akibatnya, saat itu banyak petani tembakau gagal panen.
Hama londrak selalu muncul di setiap musim tembakau apabila cuaca sesuai dengan perilaku hama ini yaitu, panas sedikit lembab sehingga hama ini akan cepat berkembang.
Lukman berterus terang, tembakau yang ditanamnya baru berusia dua bulan. Dalam kondisi normal, tanaman tembakau baru bisa dipanen daunnya kali pertama pada usia 3-4 bulan.
“Saya menanam tembakau, Mei 2022 lalu. Karena kena hama londrak, daun tembakau saya panen, kemarin, sekarang sedang saya jemur,” katanya.
Meski panen dini daun tembakau, Lukman berharap tembakaunya masih bisa terjual relatif mahal. “Mudah-mudahan harganya masih lumayan, sebab saya tidak bisa lagi panen daun tembakau empat sampai lima kali,” ujarnya.
Lukman juga pasrah karena belum satu pun gudang tembakau yang buka untuk menyerap tembakau petani. Biasanya, setiap tahun gudang-gudang milik pabrik rokok itu baru buka pada pertengahan Agustus.
Sebagian petani yang bulan ini sudah panen tembakau karena mereka “mencuri start”, bertanam tembakau lebih awal. Sehingga, ketika sebagian besar petani tembakau belum panen, mereka lebih dulu memanen tembakaunya.
Tetapi mereka dihadapkan dengan belum bukanya gudang-gudang tembakau. Biasanya, mereka menjual tembakaunya secara eceran di sejumlah pasar tradisional atau kios penjualan tembakau.
Ketua Asosisasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Kabupaten Probolinggo, Mudzakir mengatakan, kalau ada petani tembakau yang panen lebih dini sebaiknya bersabar karena gudang tembakau belum buka. “Sebaiknya, tembakau rajangan milik petani disimpan dulu sambil menunggu gudang buka,” ujarnya.
Mudzakir berharap, kelak kalau sudah buka, gudang-gudang bisa membeli tembakau petani lokal Probolinggo dengan harga cukup tinggi. Soalnya, tahun ini biaya bertanam tembakau jauh lebih mahal karena dipengaruhi cuaca.
“Kalau bisa harga awal tembakau bisa Rp40.000 per kilogram, biar petani bisa balik modal atau sedikit untung,” katanya.
Seperti diketahui, musim kemarau yang bermula pada Juni lalu, masih diwarnai sesekali hujan deras. Sejumlah petani mengeluhkan, bibit tembakau yang ditanam rusak akibat diguyur hujan, sebagian karena terendam air.
“Bibit tembakau yang awalnya Rp45 ribu per 1.000 bibit melonjak hingga Rp100 ribu per 1.000 bibit,” ujar Andi Sirajudin, petani tembakau di Desa Karanganyar, Kecamatan Paiton.
Selain bibit tembakau mahal, petani juga dihadapkan pada mahalnya pupuk dan obat-obatan. “Saya mengurangi tanam tembakau, hanya tanam 7.000 bibit. Sebagian lahan saya tanami cabai merah besar yang lebih menjanjikan,” katanya.