Petani Mojokerto Menjerit, Panen Merosot Pupuk Bersubsidi Langka
Curah hujan yang tinggi menyusutkan hasil panen kali ini. Selain hasilnya menyusut, petani di Mojokerto juga merugi akibat harga pupuk yang masih tinggi. Sedangkan pupuk bersubsidi langka di pasaran.
Seperti yang dialami oleh Seger, 65 tahun, warga Desa Wonoayu, Kecamatan Mojoanyar, Mojokerto. Lahan miliknya seluas 1.400 meter persegi atau yang biasa dia sebut bata 100, biasanya menghasilkan sekitar 13 kwintal gabah saat musim kemarau, tetapi panen kali ini hanya memperoleh 6 sampai 7 kwintal gabah. "Curah hujannya tinggi waktu masih usia muda, jadi banyak yang rontok. Kali ini menyusut," kata Seger kepada ngopibareng.id, Selasa 27 April 2021.
Tak hanya menyusut, kata Seger, panen kali ini banyak petani yang merugi lantaran biaya pengolahan lahan dan penanaman termasuk harga pupuk lebih mahal dari harga gabah.
Menurut dia, biaya pengolahan lahan dan penanam mencapai sekitar Rp 650 ribu sedangkan pupuk satu kwintal non Subsidi mencapai Rp 290 ribu sampai Rp 350 ribu. Sementara untuk memupuk padi di sawah miliknya, Seger membutuhkan 2 kwintal pupuk.
Karena kesulitan mendapatkan pupuk subsidi ia terpaksa harus membeli pupuk non subsidi. "Harga pupuk tidak cocok dengan harga gabah sekarang. Kalau kami pakai pupuk subsidi, kami masih untung karena harganya satu kwital Rp 125 ribu sampai Rp 150 ribu. Tapi sekarang ini sulit mendapatkan yang subsidi," tegas Seger.
Sementara harga tanaman hasil panen tidak sebanding dengan pengeluaran. Harga gabah basah 1 kwintal saat ini harganya sekitar Rp 310 ribu sampai Rp 370 ribu. Tak ayal banyak petani yang mengalami kerugian akibat kondisi ini.
Hal serupa juga disampaikan oleh Sucipto (55) warga Desa Wunut Kecamatan Mojoanyar. Hasil panen yang menyusut dan harga pupuk yang tinggi membuat dirinya mengalami kerugian. Hasil panen kali ini ia jauh berbeda dengan panen sebelumnya. "Hampir separuh perbandingannya kalau dengan tahun sebelumnya. Ya bisa dibilang rugi, apalagi waktu itu cari pupuk saja susah," terangnya.
Ditambahkannya, petani berharap di daerahnya terpenuhi pupuk subsidi dan tidak sampai ada kelangkaan sehingga produksi hasil pertanian tetap berlanjut. Apalagi, jika menggunakan pupuk non subsidi belum pasti mendapat untung lantaran kondisi harga produk pertanian tidak stabil di pasaran.