Petani Merugi karena Benih Bantuan Pemerintah Diduga Tak Murni
Wajah Suharjito sumringah saat menerima bantuan benih padi dari pemerintah beberapa bulan yang lalu. Namun wajah sumringah itu, kini tak tersisa lagi. Wajahnya kini malah cenderung cemberut. Padahal sawahnya mau memasuki panen sebentar lagi.
Wajah cemberut Suharjito, petani di Desa Kalipucung, Kabupaten Blitar disebabkan karena bulir-bulir padi yang ada di sawahnya tak seperti yang diharapkan. Padahal dia sudah menanam Varietas Unggul Baru, (VUB) Inpari 42 Agritan Green Super Rice bantuan dari pemerintah. Sebelumnya, pemerintah memang menggencarkan memberikan bantuan benih kepada petani untuk program Bedah Kemiskinan Rakyat Sejahtera (BEKERJA) yang digagas oleh Menteri Pertanian pada masa Andi Amran Sulaiman.
Benih yang diterima Suharjito pun dianggap berkualitas yahud. Varietas Inpari 42 Agritan GSR (Green Super Rice) diklaim memiliki keunggulan yang tinggi, yaitu mampu menghasilkan padi seberat 10,58 ton per hektar. Varietas ini dianggap lebih tahan terhadap penyakit kresek (HDB). Varietas ini juga dianggap sangat ramah lingkungan karena penggunaan bahan kimia seperti pupuk dan pestisida relatif sedikit.
Namun, yang digembar-gemborkan oleh pemerintah itu belum dirasakan oleh Suharjito dan anggota kelompok tani di Desa Kalipucung, Kabupaten Kediri. Bulir-bulir padi yang nampak di sawahnya, muncul banyak slambur. Slambur adalah istilah para petani di Desa Kalipucung untuk munculnya varietas lain yang ikut tertanam. Bisa jadi, benih yang ditanam tak sama varietasnya.
Hal ini menyebabkan pertumbuhan tinggi batang padi jadi rerata sama. Ada yang lebih tinggi, ada yang lebih rendah. Tinggi batang padi yang tak seragam ini dianggap berpotensi mendatangkan hama burung. Bulir-bulir padi yang menonjol di atas bendera yang digunakan menghalau burung, dianggap malah akan menarik datangnya burung.
Kejadian yang dialami Suharjito ini ternyata tak dialami oleh kelompok tani di desa lain. Kelompok tani lain tidak ada masalah. Hasilnya tetap bagus, batang padi tumbuh dengan tinggi rerata. Hanya benih padi yang diperbantukan untuk tiga kelompok tani di Desa Kalipucung ini yang banyak slamburnya.
Kondisi seperti ini yang membuat Suharjito sedih. Suharjito sebagai ketua kelompok tani, kini malah menjadi tempat mengadu para petani anggotanya. Selain mengadu, mereka juga protes kenapa benih yang diperbantukan tidak sama dengan yang diperbantukan untuk kelompok lain.
Dengan kondisi sawahnya yang seperti itu, Suharjito memprediksi hanya bisa panen sekitar 5.6 ton per hektar. Padahal sebelumnya, Suharjito biasa panen sekitar 7 ton per hektar. Suharjito pun mengaku akan menuntut ganti rugi atas buruknya varietas bantuan yang diberikan kepada petani.
Menanggapi masalah ini, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Blitar, Wawan Widianto menyebut sudah menerima laporan para petani di Kalipucung, Kabupaten Blitar tersebut.
"Para petani sudah ke dinas. Dan saya sudah menyampaikan permasalahan benih padi ini Kementerian Pertanian," kata Wawan saat dikonfirmasi Ngopibareng.id.
Kata dia, Kementerian Pertanian menjanjikan akan ada tim yang akan turun lapangan. Selain itu, Kementerian Pertanian juga akan menginformasikan kejadian ini ke tim lelang pengadaan benih.
Sementara itu, Ketua Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia (AB2TI) Jawa Timur, Soeroso menyebut, munculnya slambur atau varietas lain pada benih padi, penyebabnya ada beberapa kemungkinan. Kemungkinan pertama, bisa jadi benih padi yang akan ditanam itu memang tak seragam varietasnya. Kemungkinan kedua, memang ada varietas lain di petak sawah itu sebelumnya.
"Kemungkinan ketiga, apakah benih padi dalam persemaian itu, dekat dengan varietas lain. Kemungkinan ini bisa juga karena terdampak hujan atau banjir. Itu harus menjadi pertimbangan juga," kata Soeroso.
Kata dia, benih yang diedarkan kepada petani walaupun itu benih bantuan, tapi harusnya soal standar dan kualitasnya sudah lolos Balai Penelitian Benih Padi. "Tapi kalau benihnya masih muncul slambur sebagaimana yang ada di gambar foto, itu menandakan benih ini termasuk kacau. Belum layak edar," pungkasnya.