Petani Keluhkan Gudang Tembakau Masih Tutup
Awal masa panen tembakau Paiton Voor Oogst (Paiton VO) di Kabupaten Probolinggo tahun ini ditandai dengan masih tutupnya gudang-gudang milik pabrik rokok. Para petani pun mengeluh karena tembakau mereka tidak segera terserap gudang-gudang itu.
“Kami para petani tembakau tidak tahu mengapa saat para petani panen kok gudang-gudang milik pabrik rokok itu masih tutup,” kata Mohammad Hasin, pengurus Kelompok Tani Kembang Suko, Desa Sukorejo, Kecamatan Kotaanyar, Kebupaten Probolinggo, Sabtu, 29 Agustus 2020.
Dikatakan sejak awal Agustus lalu, ratusan hektare tembakau di sejumlah kecamatan seperti, Kotaanyar, Pakuniran, Paiton, Kraksan, dan Krejengan memasuki panen raya. Karena itu ketika gudang-gudang belum juga buka, para petani mengaku, pusing.
“Kami petani sudah lama berkorban mengeluarkan biaya pengolahan tanah, pembelian bibit, pupuk, hingga obat-obatan. Begitu waktunya panen, kok gudang-gudang tembakau tutup,” kata Hasin.
Hasin mengakui, memang sudah ada blandang (tengkulak) yang mulai membeli tembakau. Tetapi harga sangat murah sehingga merugikan para petani.
“Para blandang membeli tembakau di bawah Rp30.000 per kilogram. Itu pun pembayarannya nunggu berminggu-minggu,” katanya.
Hasin mengaku, memiliki lahan tembakau sekitar 1 hektare yang ditanami sekitar 15.000 batang tembakau. “Saya pusing, sudah mulai panen tembakau tetapi nunggu gudang belum juga buka,” ujarnya.
Keluhan serupa juga diungkapkan Muhammad Hasan, petani temkau asal Desa Karanganyar, Kecamatan Paiton. “Kami berharap, Pemkab Probolinggo mendesak agar gudang-gudang tembakau dibuka. Kalau tidak tembakau para petani dijual ke mana?” katanya.
Andika Refananda, petani tembakau di Desa Alaspandan, Kecamatan Pakuniran mengatakan, blandang tidak berani membeli tembakau dengan harga tinggi. Soalnya, blandang juga masih menunggu gudang tembakau buka.
“Hanya blandang besar yang berani membeli tembakau untuk disimpan, kemudian dijual lagi ke gudang tembakau,” kata Andika.
Disinggung soal harga tembakau, Andika mengatakan, dua pekan lalu sekitar Rp35.000 per kilogram. “Saat itu beredar kabar, gudang segera buka. Begitu gudang masih tutup harga tembakai anjlok menjadi Rp20.000 per kilogram,” ujarnya.
Sementara itu Ketua Asosiasi Petani Tembakau (APTI) Kabupaten Probolinggo, Mudakkir menyatakan, prihatin dengan sikap para pemilik gudang tembakau. Ia mengaku, akan mengadukan hal ini ke DPRD Kabupaten Probolinggo.
"Selasa depan, insya-Allah, APTI akan mendatangi gedung DPRD untuk mengadu belum bukanya gudang-gudang tembakau,” katanya.