Petani Jember Unjuk Rasa, Sampaikan Lima Tuntutan ke Jokowi
Puluhan petani Jember yang tergabung dalam Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Jember, melakukan aksi unjuk rasa di depan Pendapa Bupati Jember, Kamis, 23 Juni 2022 siang. Mereka melayangkan lima tuntutan kepada Presiden RI.
Koordinator aksi Jumantoro mengatakan, nasib petani di Kabupaten Jember saat ini semakin tidak menentu. Selain harga komoditas petani yang rendah ditambah adanya wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang menyerang ternak mereka.
Karena itu puluhan petani itu meminta pemerintah memperhatikan nasib para petani. Pertama mereka meminta pemerintah merevisi Harga Pokok Penjualan (HPP) gabah. “Sampai saat ini HPP gabah masih rendah. Sudah lima tahun tidak ada revisi. Padahal biaya produksi pertanian sudah naik 30 persen,” kata Jumantoro.
Petani meminta pemerintah menjamin harga yang layak terhadap hasil produksi pertanian. Jangan sampai petani yang sudah menderita dibiarkan begitu saja.
Di tengah tingginya biaya produksi pertanian, petani dihadapkan pada persoalan cuaca yang tidak menentu. Sehingga tidak jarang, meski sudah mengeluarkan biaya besar harus gagal panen karena cuaca ekstrem.
“Komoditi pertanian di Jember, seperti jagung, cabai, dan padi, ataupun komoditas lainnya sedang dalam kondisi hidup tak mau mati pun segan. Jangan bangga lombok mahal, karena banyak petani menderita," jelas Jumantoro.
Selain itu, petani juga menolak kebijakan pencabutan pupuk bersubsidi oleh pemerintah. Menggunakan pupuk bersubsidi saja, petani sudah merugi apalagi pupuk subsidi dicabut.
“Tuntutan kami yang kedua menolak aturan pencabutan pupuk subsidi. Petani belum mampu membeli pupuk non subsidi yang harganya selangit,” tambah pria yang juga Ketua HKTI Jember itu.
Tuntutan ketiga, petani meminta pemerintah menjamin harga yang menguntungkan petani. Dalam tuntutan yang ke empat, petani menolak rekomendasi DPR RI tentang 9 komoditi yang disubsidi.
Kemudian tuntutan yang kelima meminta keseriusan pemerintah menangani wabah Penyakit Mulut dan Kuku pada hewan ternak.
Petani di Jember, selain bertani juga memelihara hewan sepeti kambing dan sapi. Mereka berharap saat harga komoditas pertanian anjlok masih bisa menjual hewan ternak mereka demi menyambung hidup.
Namun, saat wabah PMK melanda harga hewan tenak milik petani di Jember anjlok. Bahkan tidak laku saat dijual.
“Penderitaan petani tahun ini bertambah dengan adanya wabah PMK. Di satu sisi ada petani gagal panen, saat mau menjual hewan ternak harganya murah,” lanjut Jumantoro.
Atas kondisi itu, petani Jember berharap kepada Pemerintah Kabupaten Jember sebagai kepanjangan pemerintah pusat bisa menyampaikan tuntutan mereka ke presiden. Jangan sampai petani sebagai penyangga tatanan republik ini hanya sekadar slogan tanpa arti.
Ditemui Wakil Bupati Jember
Setelah melakukan orasi di depan Pendapa Wahyawibawagraha, 30 petani itu akhirnya ditemui oleh Wakil Bupati Jember, Muhammad Balya Firjaun Barlaman.
Pria yang akrab dipanggil Gus Fijaun itu menandatangi lima tuntutan yang disampaikan petani.
“Kami mewakili pemerintah daerah, akan meneruskan amanah ini. Karena benar seperti yang disampaikan. Pertanian adalah penyangga negara kita, dan dari petani ini kita mendapatkan makanan untuk sehari-hari," kata Gus Firjaun.
Berdasarkan pantauan di lapangan, aksi unjuk rasa itu diakhiri dengan makan bersama. Para petani makan bersama di bawah pohon depan Pendapa Bupati.
Selain beberapa Kepala Bakesbangpol Jember Edy Budi Susilo dan sejumlah ASN, juga terlihat Kapolres Jember AKBP Hery Purnomo makan bersama petani. Mereka makan menu ala petani beralaskan daun pisang.