Petani Hidroponik Kediri, Raup Omzet Lewat Lahan Padat Karya
Sayuran hidroponik bisa menjadi peluang usaha bisnis yang menjanjikan secara ekonomis, di masa pandemi. Hal inilah yang kemudian melatar belakangi empat warga asal Kelurahan Sukorame Kecamatan Mojoroto, Kediri, untuk menekuni usaha tersebut.
Petani Dadakan
Sedangkan mereka tak memiliki pengalaman sama sekali di bidang pertanian. Empat orang pengusaha masing-masing berprofesi sebagai ASN, pegawai PLN , ketua RW serta, pengusaha jual bahan bangunan. Bermodal kesamaan niat dan tekad, keempat orang ini akhirnya memasarkan hasil produksi sayuran hidroponik ke konsumen.
"Hasilnya lumayan, sehari kami dapat omset Rp 500 ribu. Kami jualan hanya hari Minggu saja pagi sampai siang, " terang Kasiono, salah satu petani hidroponik green house Kelurahan Sukorame, Senin 16 Agustus 2021.
Kasiono mengaku selama proses penanaman, pemanenan, hingga penjualan semuanya dilakukan mereka berempat. Seluruh proses tanam hidproponik bertempat di lahan program padat karya green house di Kota Kediri. "Memanfaatkan lahan green house (program padat karya) seluas 6 x 10 meter. Namun karena tidak jalan, kan eman, akhirnya kami teruskan dan sudah berjalan 3 bulan, "
Untuk memikat pembeli, hasil komoditas sayuran hidroponik diitata dan ditempatkan di atas kendaraan roda empat, dijual di pinggir jalan di bawah lereng kaki Gunung Klotok. Di lereng ini, setiap minggu sering digunakan warga untuk berolaraga. Banyak pengunjung yang sekadar mampir membeli sayuran.
Lapak di Lereng Gunung Klotok
"Pembelinya tidak hanya berasal dari Kediri saja, juga dari luar kota. Kebanyakan mereka mampir turun dari atas setelah berolahraga. Mereka suka sayuran hidroponik karena lebih sehat dan alamiah ramah lingkungan, " kata ASN yang bertugas sebagai staff bidang pertamanan DLHKP Kota Kediri.
Ada bermacam varian sayuran hidroponik yang dijualnya. Antara lain kangkung, sawi cai sin, juga lada. Satu ikat sayur ukuran berat 1 kilogram dijual Rp 15 ribu. Diakuinya jika sayur hasil produksi sistem tanam hidroponik harganya lebih mahal ketimbang, sayuran biasa yang dijual oleh pedagang di pasar.
"Selisih harganya hampir separuh, tapi sayuran hidroponik memiliki keunggulan ketimbang sayuran tanam biasa. Bahannya ramah lingkungan, pupuk diracik sendiri sehingga produksi terhindar dari pestisida," urainya.
Kasiono melanjutkan, jika usaha penjualan sayuran hidroponik tersebut baru digelutinya bersama tiga orang temanya selama tiga bulan. Menurutnya selain keuntungan, pihaknya ingin mengedukasi masyarakat sekitar agar mau belajar bercocok tanam menggunakan sistem hidroponik yang kualitasnya lebih terjamin kesehatanya.
Setelah turun langsung berjualan, Kasiono menilai saat ini masyarakat sudah mulai selektif dalam memilih sayuran. Tak jarang, warga yang berdomisili di sekitaran Kota Kediri, meski tidak berolahraga di lereng Gunung Klotok, rela mampir untuk membeli sayuran di lapaknya.
Advertisement