Petani di Gombengsari Dukung Ipuk Lanjutkan dan Tuntaskan Pembangunan Banyuwangi
Gabungan petani kopi di Kelurahan Gombengsari, Kecamatan Kalipuro, kompak mendukung Ipuk untuk melanjutkan pembangunan Banyuwangi. Warga merasa program pengembangan ekonomi desa yang dijalankan Ipuk selama ini konkret dan telah memberi dampak positif bagi warga.
Dukungan dari masyarakat ini semakin menguatkan dan memantapkan pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Ipuk Fiestiandani-Mujiono dalam pilkada 2024.
Ketua Kelompok Tani Kopirejo, Gombengsari, Taufik, mengatakan, berbagai program yang disampaikan Ipuk-Mujiono dalam debat publik kesatu telah nyata membantu perekonomian warga. “Saya melihat langsung debat, semalam. Apa yang disampaikan Bu Ipuk dalam debat sangat komplit. Kami merasakan dampaknya terutama di sektor pertanian, peternakan, dan UMKM,” kata Taufik usai bertemu Ipuk, Senin, 28 Oktober 2024.
Program UMKM Naik Kelas menjadi salah satu yang paling dirasakan manfaatnya oleh warga Gombengsari. Banyak warga kini mulai mengembangkan usaha sampingan dengan mengolah hasil pertanian kopi menjadi produk jadi.
Ini berkat dukungan pelatihan dan bantuan usaha yang diberikan Ipuk melalui Dinas Pertanian dan Pangan selama 3,5 tahun menjabat Bupati Banyuwangi. “Ini dampak langsung dari program Bu Ipuk. Kami berharap program ini bisa terus berlanjut untuk kemajuan desa,” ungkapnya.
Ketua Gapoktan Gombengsari, Haryono, menambahkan, program Ipuk yang memperhatikan aspek legalitas kopi lokal juga diminta dilanjutkan. Dengan Indikasi Geografis (IG), kopi Banyuwangi kini terlindungi dari klaim luar. “Adanya IG untuk kopi Banyuwangi sangat penting. Ini tidak hanya untuk pemberdayaan, tetapi juga perlindungan. Kami sangat terbantu dengan kebijakan ini,” katanya.
Pria yang juga Ketua Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis (MPIG) Banyuwangi ini mengatakan, luasan pertanian kopi Banyuwangi mencapai 9.700 hektare yang tersebar di 7 kecamatan penghasil kopi. Penggiat kopi dari Kalipuro hingga Kalibaru, kata dia, sebagian telah mendapatkan nomor IG, tinggal menunggu sertifikat yang belum turun.
Selain itu, menurut pria yang akrab disapa HO ini, harga kopi robusta yang dulunya berkisar di harga Rp15-20 ribu per 200 gram kemasan, tiga tahun terakhir terus meroket hingga Rp45 ribu per 200 gram untuk robusta, Rp55 ribu kopi lanang, Rp65 ribu untuk arabika, dan kopi luwak Rp195 ribu dalam kemasan yang sama. “Kenaikan ini menjadi bukti keberhasilan program Bu Ipuk dalam mendorong legalitas dan pengembangan sektor pertanian kopi,” ungkap Owner Kopi Lego ini.
Ipuk Fiestiandani mengaku senang program-program yang dijalankan bermanfaat untuk masyarakat. “Alhamdulilah, kami senang program yang digulirkan berdampak bagi masyarakat,” katanya.
Ipuk berkomitmen untuk terus memperkuat berbagai program yang telah berjalan baik. “Program ini akan kami tingkatkan agar lebih banyak masyarakat berdaya ekonomi dan desa semakin maju,” ungkapnya.