Petani di Banyuwangi Olah Kotoran Hewan Jadi Pupuk Organik
Kurangnya pasokan pupuk subsidi tidak lagi menjadi persoalan bagi petani Desa Kedungasri, Kecamatan Tegaldlimo, Banyuwangi. Para petani kini sudah memiliki substitusi berupa pupuk organik yang diproduksi sendiri. Pupuk organik ini terbuat dari kotoran ternak sapi yang didapat dari para petani sendiri.
Pupuk organik dari kotoran sapi ini diproduksi para petani yang bernaung di Lembaga Pengelola Desa Hutan (LPDH) setempat.
Mereka mendapatkan pendampingan dari Aliansi Relawan Untuk Penyelamatan Alam (ARUPA) Yogyakarta yang bekerja sama dengan Badan Pengelola Dana Lingkungan Hidup Kementerian Keuangan RI. Pendampingan ini dilakukan selama 16 bulan sejak November 2022 hingga Februari 2024 nanti.
Ketua LPHD Desa Kedungasri, Supiyono mengatakan, bahan baku pembuatan pupuk organik ini didapatkan dari para petani yang bernaung di LPHD maupun warga sekitar. Kotoran sapi, kata Dia, dikumpulkan di satu tempat tertentu.
“Sekali membuat antara 3 sampai 4 ton,” jelasnya, Jumat, 27 Oktober 2023.
Setelah kotoran ternak terkumpul, kemudian dilakukan fermentasi selama 7 sampai 14 hari. Setelah proses fermentasi, kotoran sapi tersebut dihancurkan. Kemudian kotoran sapi tersebut siap untuk digunakan sebagai pupuk tanaman. Pupuk ini kemudian dikemas dengan kemasan 35 kg.
Dia menjelaskan, pupuk organik berbahan kotoran sapi ini sangat efektif untuk menyuburkan tanah. Bahkan penggunaan pupuk organik ini bisa mengembalikan kesuburan tanah yang terkikis saat penggunaan pupuk kimia. Harganya juga sangat murah dibanding dengan pupuk bersubsidi.
“Per zak pupuk organik dijual seharga Rp15 ribu,” jelasnya.
Dia menyebut, pupuk organik yang diproduksi LPDH ini sangat diminati. Karena bisa diaplikasikan untuk berbagai jenis tanaman. Mulai dari semangka, melon, jagung, buah naga dan tanaman lain. Peminatnya, kata Dia, tidak hanya petani dari desa setempat. Tapi juga dari luar wilayah Tegaldlimo.
“Banyak yang minat pakai pupuk organik, ada yang dari luar daerah juga. Tapi paling banyak dari sekitar sini,” katanya.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Desa Kedungasri, Sunaryo menyatakan, pemerintah Desa sangat mendukung pembuatan pupuk organik dari kotoran sapi ini. Dia menjelaskan, pembuatan pupuk organik ini menjadi solusi dari kurangnya pasokan pupuk subsidi untuk petani.
“Kami Pemerintah Desa bersama masyarakat berupaya bagaimana pupuk tetap ada. Kami mendorong terus semua kegiatan yang sifatnya positif,” terangnya.
Pupuk organik ini, menurutnya, juga bisa membantu memulihkan kondisi tanah yang kesuburannya terus menurun akibat penggunaan pupuk kimia. Dengan menggunakan pupuk organik tanah akan kembali menjadi lebih subur seperti dulu.
“Ketika menggunakan pupuk organik, tanpa pupuk kimia, bisa panen dan hasilnya juga tidak kalah,” ungkapnya.
Mengenai bahan baku kotoran hewan untuk pupuk organik ini, menurutnya sangat berlimpah. Bahkan menurutnya, bahan baku ini tidak terbatas. Karena para petani hampir seluruhnya memiliki ternak sapi. Sehingga produksi pupuk organik ini bisa berkelanjutan.
“Bahan baku kotoran hewan tidak terbatas, bahan bakunya selamanya tidak akan habis. Masyarakat di wilayah kami budidaya ternak, sangat nyambung, pakan juga tersedia,” ujarnya.
Advertisement