‘Pesta’ Sup Ikan Buntal, Satu Keracunan dan Dirawat di RSUD
Meski dikenal sebagai ikan beracun, ternyata masih ada warga di Kota Probolinggo yang berani mengonsumsi daging ikan buntal. Sebanyak lima orang yang “pesta” sup ikan buntal di kawasan Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Mayangan, Kota Probolinggo, Sabtu siang, 21 Oktober 2023, satu di antaranya keracunan dan sempat dirawat di RSUD dr. Mohamad Saleh, Kota Probolinggo.
“Benar, saya tadi siang memang keracunan daging ikan buntal dan sempat dirawat di rumah sakit. Syukur alhamdulillah, sekarang sudah baik dan pulang,” ujar Eko Hardianto, 40 tahun, warga Kelurahan Wiroborang, Kecamatan Mayangan, Kota Probolinggo, Sabtu sore.
Pria yang akrab disapa Eko Edol itu menceritakan, siang itu ditelepon teman-teman nongkrongnya. Intinya, diajak bersantai di lokasi terapi kum-kum (berendam) di kawasan PPP Mayangan. “Ada teman telepon ngajak santai di tepi pantai sambil menikmati sup ikan,” katanya.
Ternyata di lokasi kum-kum itu sudah menunggu sejumlah teman akrab Edol masing-masing, Djando, Gogon, Alvi Warda, dan Puji Anugerah Leksono. Tiga nama terakhir ini merupakan teman Edol, sesama wartawan.
Sambil menikmati pemandangan pantai dan menyaksikan atlet-atlet Persatuan Olahraga Dayung Seluruh Indonesia (PODSI) Jawa Timur yang sedang berlatih di peraian Mayangan, Edol dan kawan-kawan kemudian menyantap sup ikan.
“Sajian siang itu sangat istimewa, sup ikan buntal, yang terkenal lezat sekaligus beracun. Tetapi ada teman yang membesarkan hati saya, koki yang memasak ikan buntal sudah berpengalaman,” ujar Edol.
Karena dorongan lapar dan suasana pantai yang mendukung, Edol mengaku, menghabiskan semangkok sup ikan buntal. “Saya benar-benar lahap karena sedang lapar, sup semangkok masih ditambah nasi,” katanya.
Beberapa saat kemudian Edol mengaku, kepalanya pusing. “Kepala pusing luar biasa, saya seperti mabuk berat karena nenggak miras,” ujarnya. Dengan diantar Djando, Edol akhirnya dibawa ke RSUD dr. Mohamad Saleh, Kota Probolinggo.
Terkait “pesta” ikan buntal yang diikuti sedikitnya lima orang, Gogon membenarkannya. Dikatakan siang itu kebetulan ada rekannya, pemilik warung makan khas ikan di Mayangan, Kota Probolinggo yang menawarkan kuliner ikan buntal. “Kokinya, Cak Agus, yang memang sudah berpengalaman berkali-kali mengolah ikan buntal. Jadi kami semua percaya,” kata wartawan yang juga youtuber itu.
Disinggung adanya korban keracunan pasca-mengonsumsi sup ikan buntal, Gogon menduga karena kondisi rekannya (Edol) sedang kurang fit. “Terbukti, empat teman lain yang menyantap sup ikan buntal baik-baik saja. Hanya Cak Edol yang keracunan,” ujarnya.
Bahkan, karena yang dimasak tiga ekor ikan buntal besar, supnya jadi satu wajan besar, sebagian sup juga dibagi-bagikan kepada sejumlah atlet dayung yang sedang berlatih di PPP Mayangan. “Atlet-atlet dayung juga baik-baik saja, gak ada yang keracunan,” tambah Gogon.
Hal senada diungkapkan Djando, pengacara kelahiran Nusa Tenggara Timur (NTT) yang kini menetap di Probolinggo. Ia mengaku, sudah beberapa kali makan ikan buntal termasuk “pesta sup” di PPP Mayangan, Probolinggo, Sabtu siang.
“Saya tidak khawatir karena koki yang memasak sudah pengalaman, tahu prosedurnya. Misalnya, jeroan ikan yang mengandung racun dibuang,” katanya.
Racun Mematikan
Mengutip laman Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), ikan buntal dikenal dengan ciri khas perlindungan dirinya. Jika merasa terancam, ikan dengan nama lain puffer fish ini dapat mengembangkan tubuhnya dan mengeluarkan racun mematikan.
Ikan dengan lebih dari 100 spesies ini dapat hidup di perairan asin maupun tawar. Ikan yang termasuk dalam famili Tetraodontidae ini tidak memiliki sisik dan mampu mengubah arah saat berenang, bahkan mampu berenang mundur.
Ikan buntal bisa tumbuh hingga 47 inci, bahkan panjang mereka diketahui bisa melebihi bayi buaya. Ikan dengan panjang tersebut banyak dijumpai di Afrika, Jepang, dan Australia. Gigi ikan buntal sejatinya hanya berjumlah empat buah, dua di atas dan dua di bawah. Masing-masing gigi saling menyatu sehingga terlihat seperti gigi tikus.
Mengutip laman KKP, ikan buntal mengandung racun tetrodotoksin (TTX). Racun ini tidak terdegradasi oleh proses pemasakan. Hingga saat ini, bahan kimia yang 100 kali lebih beracun dari sianida ini belum ada penawarnya.
Racun TTX pada ikan buntal betina lebih tinggi daripada jantan. Sebab di ovarium ikan buntal terkandung TTX lebih banyak dibandingkan dengan testis ikan. Ikan buntal bisa mengeluarkan racun dalam hatinya yang bisa menewaskan 30 orang dewasa.
Adapun gejala yang dialami ketika terkena racun buntal, di antaranya pusing, mati rasa, kelumpuhan otot, hingga gagal jantung yang berujung kematian.
Apakah ikan buntal bisa dimakan? Mengutip Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan, ikan buntal secara umum dipercayai sebagai vertebrata paling beracun kedua di dunia setelah katak racun emas. Racun TTX ikan buntal dapat mematikan saluran sodium di sistem saraf.
Berdasarkan hasil analisis, kematian dapat terjadi pada asupan sebanyak 25 mg secara oral pada manusia dengan asumsi berat badan 75 kg. Racun ini akan bereaksi pada korban hanya dalam kurun waktu kurang dari setengah jam.
Meski mematikan, di sejumlah negara, seperti Jepang, Korea, dan Tiongkok, beberapa spesies ikan buntal dijadikan sebagai hidangan yang disiapkan oleh juru masak profesional dan bersertifikat khusus. Juru masak ini mengetahui bagian tubuh mana yang aman dikonsumsi dan seberapa banyak kadarnya.
Meski begitu, di Jepang setidaknya terdapat 5-10 kasus keracunan per tahunnya akibat mengonsumsi ikan buntal dan sebagian korban yang mengalami keracunan tersebut tidak dapat diselamatkan. Dengan potensi racun yang ada di ikan buntal, mengolah ikan ini tidak direkomendasikan untuk dilakukan masyarakat yang pada umumnya tidak memiliki keahlian teknik mengolah hewan dengan nama lain ikan buntek ini.
Satu-satunya pertolongan terhadap korban keracunan ikan buntal adalah dengan mendapat perawatan medis di rumah sakit. Dokter akan memberikan beberapa penanganan, seperti memberikan oksigen melalui alat bantu pernapasan, melakukan prosedur pengosongan lambung, memberikan cairan atau tablet yang aktif membersihkan lambung, hingga melakukan cuci darah
Advertisement