Pesona Sumber Penganten, Simpan Sejuta Misteri di Jombang
Dusun Sumber Penganten, Desa Jogoroto, Kecamatan Jogoroto, Kabupaten Jombang menyimpan potensi wisata alam yang indah dan magis. Di desa tersebut ada tempat pemandian atau kolam untuk mandi yang dikenal dengan sebutan pemandian sumber penganten.
Lokasinya sekitar 350 meter dari Balai Desa Jogoroto. Jauh dari hingar-bingarnya kendaraan, namun tidak terpencil. Sebaliknya, mudah dijangkau, dengan kendaraan roda empat sekali pun.
Di sekitarnya, terhampar lahan luas, yang biasanya dimanfaatkan pengunjung sebagai tempat parkir. Di sekelilingnya tumbuh pepohonan nan rindang yang berfungsi menaungi pengunjung dari sengatan sinar mentari. Acapkali pula dimanfaatkan untuk bersantai. Karena itu, siapa pun betah berlama-lama di sana.
Sayangnya, pengelolaan tempat wisata yang berdiri sejak tahun 1700 ini terkesan semrawut dan tidak profesional. Pengelolaannya diserahkan kepada penjaga warung kopi setempat.
“Pengelolaannya tidak dari desa ataupun kabupaten, tapi diserahkan ke penjaga warung kopi setempat. Kami tidak ada dana untuk merawat. Butuh anggaran besar untuk merehabilitas tempat wisata itu,” kata Sodirin, Kepala Desa Jogoroto kepada Ngopibareng.id pada Rabu, 17 Juni 2020.
Ngopibareng.id melihat dan merasakan indahnya pemandangan pemandian sumber penganten. Tampak ada 8 pengunjung sedang menikmati segarnya air. Di sudut yang lain, dua warung yang terletak saling berseberangan dikerumuni sejumlah pengunjung. Mereka menyeruput hangatnya kopi sambil bercengkrama dengan gerombolannya.
Berdekatan dengan Makam Keramat
Menurut legenda, cikal bakal munculnya Sumber Penganten, berawal ketika sepasang penganten tenggelam saat mandi. Itu terjadi jauh sebelum Belanda masuk ke Indonesia. Karena itu, kemudian muncul kepercayaan bahwa sumber tersebut memiliki kekuatan magis. Penduduk setempat percaya kalau mandi pada malam hari-hari tertentu akan mendapatkan berkah.
Tak jauh dari pemandian ini, berjarak sekitar 150 meter tampak sebuah makam yang dikeramatkan. Makam dipagari kayu bercat putih. Pada bagian dalam tampak makam itu seperti gazebo berkeramik. Di sampingnya terdapat pohon beringin berukuran cukup besar dan berusia ratusan tahun.
Makam tersebut adalah pusara milik Mbah Muslim. Mbah Muslim ini dikenal sebagai pembabat alas pada tahun 1.700. Mbah muslim juga dikenal sebagai penemu dua rawa yang salah satunya sekarang berubah menjadi pemandian sumber penganten.
“Makam ini dikeramatkan oleh penduduk sekitar. Mbah Muslim ini yang pertama babat alas di sini. Beliau juga penemu dua rawa dan salah satunya dijadikan pemandian sumber pengantin. Rawa yang lain ditutup pohon aren tapi nggak tahu alasannya kenapa,” kata Mashud Alimin, keturunan dari Dzurriyah kelima Mbah Muslim.
Legenda yang beredar di masyarakat bahwa pemandian ini dinamakan sumber penganten lantaran ada sepasang pengantin yang pernah mandi dan kemudian hilang. Padahal, sebenarnya Mbah Muslim dulu menyebut dua rawa itu “Kum Man Tain” yang diselewengkan menjadi Kemanten. Satu dianggap rawa laki-laki dan lainnya rawa perempuan, sehingga merupakan pasangan pengantin.
“Kisah yang beredar di masyarakat ada pengantin yang hilang saat mandi. Padahal sebenarnya kisah pemandingan sumber pengantin ini bukan itu. Dulu pada saat ditemukan Mbah Muslim dua sumber air ini dinamai Kum Man Tain. Kum man tain ni berasal dari bahasa Arab. Berkembangnya waktu, karena masyarakat sini tidak paham bahasa Arab, akhirnya orang menyebut Kum Man Tain dengan sebutan kemanten," katanya.
Tetap Ramai Walau Pandemi
Akhir-akhir ini pemandian sumber pengantin dan makam keramat Mbah Muslim dipenuhi peziarah. Mereka pun beragam, ada yang dukun, ada pula orang biasa yang memang ingin berdoa di makam Mbah Muslim.
Kedua tempat ini paling ramai khususnya pada malam hari dan pada hari yang dikeramatkan. Banyak dukun yang bertapa dari berbagai daerah di Jawa Timur. Di antara nya Lamongan, Gresik, Blitar, Mojokerto dan Surabaya. Pagebluk sendiri tidak menjadi penghalang peziarah untuk tetap datang. Tidak ada imbauan atau razia dari petugas berwenang.
“Ini setiap malam pasti rame, baik orang berdoa atau dukun bertapa. Paling ramai ya saat malam yang dikeramatkan, biasanya dari maghrib hingga subuh. Covid juga nggak pengaruh, malah tambah rame,” katanya.
Sebenarnya, empat bulan yang lalu pemuda karang taruna (kartar) Sumber Penganten mencoba mengelola pemandian dengan menambahkan fasilitas perusutan. Tetapi tidak bertahan lama.
Cip menjelaskan jika mitosnya terlalu kuat. Selain itu, yang masih menjadi misteri banyak pengunjung yang datang ditemui berbagai macam penampakan makhluk astral. Antara lain genderuwo, ular naga, ular besar, dan lain-lain.
“Di sini sepertinya memang tidak mau jika tempatnya menjadi ramai. Pernah dikelola kartar tapi nggak bertahan lama. Saya dengar cerita juga banyak yang melihat penampakan macem-macem. Seperti genderuwo dan ular naga,” katanya.
Advertisement