Pesona Mandalika, Garangnya Aspal di Balik Polemik Lahan
Jalanan beraspal sepanjang 4,31 kilometer dengan 17 tikungan itu tampak berkilau. Sirkuit yang dibuka sejak 12 November 2021 ini bak mengundang pengendara mana pun untuk menjajal lintasannya. Tak hanya itu, asrinya hamparan pegunungan nan hijau dikelilingi rimbunnya nyiur kelapa berpadu apik membentuk panorama. Sepoi-sepoi angin dan birunya laut yang meneduhkan pandangan membuat siapa pun ingin berlama-lama.
Dia adalah Mandalika, berlokasi di Desa Kuta, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Sirkuit yang menelan biaya sekitar 3.6 triliun itu tengah dipuja pembalap dunia. Pasalnya, para rider MotoGP itu dijadwalkan mengikuti pagelaran MotoGP di Sirkuit Mandalika pada 18-20 Maret 2022 mendatang. Sementara, jadwal tes pramusim berlangsung pada 11 hingga 13 Februari 2022.
Sebagai kilas balik, pada 20 Januari 2017 silam, Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) menggandeng Vici Grand Construction Project. Kolaborasi keduanya menghasilkan sirkuit MotoGP di Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika.
Dari Beli Kartu hingga Ungkapkan Cinta
Sebelum menjajal aspal terbaru Mandalika, demi menikmati keindahan pesonanya yang menawan, para pembalap bertolak lebih awal. Pada Senin, 7 Februari 2022 terpantau sederet bintang menginjakkan kaki di Tanah Air. Saat pertama kali tiba, mereka langsung menjalani karantina selama 24 jam.
Seolah tak ingin membuang waktu begitu saja, sehari setelah tiba, pembalap nomor satu dunia Fabio Quartararo berjalan-jalan di area sekitar. Setali tiga uang, karena kartunya bermasalah, pembalap asal Prancis itu lalu membeli nomor lokal di konter terdekat.
Kedatangannya yang mengejutkan disambut baik oleh penjaga konter. Sang penjual mengaku senang lantaran bisa bertatap muka secara langsung dengan rider nomor wahid itu.
“Saya sudah lihat tanda di lehernya, ada tato kan, makanya saya tahu itu Quartararo. Saya bangga sekaligus haru konter saya dikunjungi pembalap MotoGP. Senang karena bisa lihat langsung dari dekat,” kata Lalu Heryansa Febriawan, pemilik konter dikutip dari otomotifnet.gridoto.com.
Selain berjalan-jalan, pembalap 22 tahun itu menikmati waktunya dengan berjemur di atas kasur tiup air berwarna kelabu. Mengenakan bucket hat, kacamata cokelat dan short pant berwarna biru, pembalap Prancis ini mengabadikan momennya dengan mengunggah foto di Instagram. Dia menulis, “Kami mencintai suasana di Indonesia”.
Tak mau kalah, pembalap lainnya Aleix Espargaro pun turut membagikan kesehariannya di Mandalika. Pembalap asal Spanyol ini memilih menghabiskan waktu dengan bersepeda dan berjemur di atas ayunan.
“Selamat pagi Indonesia, pulaunya indah banget dan sangat alami,” tulisnya di Instagram.
Yang menarik, mantan rider Suzuki itu juga mengunggah nasi kotak yang dia makan di Instastory. “Tempe and rice salad” tulisnya dengan unggahan foto berisi nasi, sayur, dan tempe.
Senada dengan sang kakak, Pol Espargaro mengungkapkan hal serupa. Pria 31 tahun itu mengaku jatuh hati dengan Mandalika. Seraya mengunggah foto dirinya melihat ke arah pantai, kekasih Carlota Bertran itu menulis, “Jatuh cinta padamu Mandalika, emoji hati dan bendera Indonesia”.
Protes Penduduk Lokal
Di balik keindahan Mandalika yang tengah dinikmati para pembalap, tersimpan sejumlah polemik. Salah satunya protes yang dilakukan pengusaha travel lokal dan juga pemuda setempat. Pengusaha yang tergabung dalam Asosiasi Pengusaha Transportasi Provinsi NTB berunjuk rasa di depan Bandara Internasional Zainuddin Abdul Majid pada Senin, 7 Februari 2022 lalu.
Mereka memprotes lantaran merasa travel lokal tidak diberdayakan. “Unjuk rasa ini, hanya sebagai bentuk protes, karena travel lokal tidak diberdayakan sama sekali. Kami menolak kendaraan dari luar yang didatangkan, padahal jauh sebelumnya sudah memasukkan penawaran, tapi belum direspons,” kata Aksar Hadi, salah satu pengusaha melansir Indobalinews.com.
“Sampai saat ini belum ada jawaban, kami tidak ingin hanya mendapat debu saja. Padahal, kami memiliki 200 unit transportasi,” tambahnya.
Senada, protes juga dilakukan ratusan pemuda yang tergabung dalam Karang Taruna Indonesia Kecamatan Pujut, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB). Pemuda tersebut melakukan aksi blokir jalan dan bakar di depan kantor PT Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC). Akibatnya timbul kemacetan lalu lintas.
“Kami akan tetap melakukan protes, kalau kami tidak dilibatkan dalam ajang MotoGP Mandalika ini. Kami merasa kecewa kepada ITDC yang selama ini tertutup, tidak mau terbuka kepada masyarakat lokal," kata Srianom, koordinator aksi dalam orasinya di Praya pada Selasa, 8 Februari 2022 lalu.
Terjebak di Area Sirkuit
Kemegahan dan kemewahan sirkuit menyisakan duka lainnya. Dusun Ebunut, satu-satunya kampung dalam proyek Sirkuit Mandalika yang masih tersisa. Sekitar 79 keluarga masih bertahan. Warga tak bisa bebas keluar masuk kampung. Pagar tinggi terpasang. Mereka harus jalan memutar cukup jauh. Akibatnya, warga nekat menjebol pagar besi pembatas. Bahkan, warga yang sebagian besar nelayan ini tak memiliki akses menuju pantai.
“Ini warisan dari orang tua kami, sejak dulu kami di sini. Kami tidak tahu pindah ke mana,” kata Abdul Kadir, salah satu warga Ebunut yang dituakan.
Damar, warga lainnya mengaku sedih lantaran masih ada keluarganya yang tertahan di Ebunut. Mereka belum mendapatkan ganti rugi dari ITDC dan tak memiliki lahan lain untuk membangun rumah.
Tak hanya itu, Damar pun terkejut ketika tahun 2017 silam, lahan warisan orang tuanya masuk dalam hak pengelolaan lahan (HPL) ITDC.
Ketika meminta bukti pelepasan itu, Damar tidak pernah mendapatkannya. Akta jual beli tanah pun tidak pernah dia lihat. Damar hanya tahu, secara turun temurun keluarganya tinggal di kawasan itu.
“Jujur, saya sudah diganti sebagian, tapi masih ada yang tidak diakui 1.8 hektar, dan yang masih bertahan ini keluarga saya. Lahan yang ditempati ini tidak pernah dijual, tidak pernah dilepas,’’ kata Damar.
Damar dan Kadir berharap mereka tidak dipindah. Kendati terpaksa demikian, mereka ingin mendapatkan uang ganti rugi.
Advertisement