Pesona Indonesia dan NU, Ini Pengakuan Musthafa Najm dari Maroko
Mudir Madrasah Qur’an Maroko Musthafa Najm bercerita tentang pengalamannya berkunjung ke Bali. Di pulau itu, ia berkunjung ke sebuah masjid dengan nama salah satu pengembara kesohor dari Maroko, Ibnu Battuta.
Selain itu, juga menyampaikan tentang eksistensi ribuan pesantren yang berada di bawah naungan Nahdlatul Ulama.
“Di Maroko, kalau kita bicara pesantren, maka yang hadir di benak kita adalah jumlah santri yang mencapai ratusan. Tetapi di Indonesia, kita akan mendengar jumlah santri yang ribuan dan belasan hingga puluhan ribu,” jelasnya, dalam keterangan diterima ngopibareng.id, Sabtu (17/2/2018).
Perkataan pemimpin sebuah lembaga yang bernaung di bawah Yayasan Masjid Hassan II, sontak diiringi decak kagum dan ungkapan kalimat tabarakallah dari para hadirin.
Ia juga berbicara tentang keragaman Indonesia yang terdiri dari 17 ribu pulau yang terikat dalam Pancasila yang begitu luar biasa.
“Saya katakan sekali lagi, 17 ribu pulau,” tegasnya dalam seminar bertema At Ta’arruf ‘ala Al Islam fi Indunisia yang digelar di Auditorium Madrasah Qur’an Masjid Hassan II, Casablanka, yang digelar PCINU Maroko, Selasa (13/4) pagi.
Ketika mengungkapkan hal itu, ia penuh tekanan dan diiringi oleh rasa takjub para hadirin peserta seminar dalam rangkaian harlah NU ke-92 di tengah suasana Pameran Buku Internasional ke-24.
Mengenai NU, ia juga menyampaikan kepada hadirin bahwa NU adalah ormas terbesar yang memiliki pengaruh dalam bidang politik, agama, sosial, budaya hingga ekonomi.
Sedangkan KH Zamzami Amin bercerita tentang dakwah ulama yang menekankan kebijaksanaan dan kepekaan hati dalam berdakwah di masyarakat. Ia menceritakan kisah toleransi di kudus, tentang larangan Sunan Kudus untuk tidak menyembelih sapi bagi umat Islam dalam perayaan Idul Adlha ataupun yang lainnya agar tidak menyakiti umat Hindu.
Kiai Zamzami juga menyampaikan tentang bahwa Indonesia, melalui NU adalah satu-satunya lembaga atau negara yang bisa masuk untuk ikut membantu krisis yang terjadi di Rohingya.
“Kenapa kita bisa diterima di Rohingya, sedangkan yang lain tidak? Ini tidak lain karena kita membawa misi kemanusiaan,” tegasnya.
Dia punmemaparkan tentang hubbul wathan minal iman. Di antara alasan kenapa sampai saat sekarang Indonesia tetap damai, karena NU adalah ormas yang sangat menjunjung tinggi cinta tanah air.
Bahkan ia dengan semangat menyampaikan bahwa nasyid hubbul wathan minal iman gubahan KH Wahab Hasbullah ini telah memberi energi untuk umat beragama lain hingga mereka menyanyikannya di tempat ibadah mereka.
Ketua PCINU Maroko Abdullah Aniq Nawawi turut berbicara tentang Islam ramah. Dia menuturkan, Indonesia terdiri dari beragam perbedaan baik agama, suku, budaya hingga bahasa bisa tetap hidup damai berkat Islam ramah yang ditunjukkan oleh para kiai.
Mustafa sebelum menutup pembicaraannya dengan doa, kembali ia memuji tentang konsep cinta tanah air di kalangan umat Islam di Indonesia. Ia melontarkan sebuah pertanyaan kenapaorang Maroko tidak terlalu memerhatikan konsep cinta tanah air dalam keberagamaannya. (adi)