Pesona Bahasa Indonesia Makin Memikat Warga Saudi
"Saya ingin berkomunikasi dengan bahasa Indonesia untuk mengenal budaya bangsa Indonesia." Ucapan Mohammed Abdulwahab, seorang dokter yang bekerja di Direktorat Jenderal Kesehatan ini salah satu bukti betapa Bahasa Indonesia kian diminati di Saudi.
Lain lagi alasan Abdullah Soleh Menkaba. Pria kelahiran Jeddah yang berprofesi sebagai dosen di Universitas Umul Qura ini mengaku tujuan belajar Bahasa Indonesia agar bisa berkomunikasi dengan kerabatnya di Indonesia. “Dan untuk merintis bisnis,” tegasnya.
Ya, berbagai alasan dikemukakan oleh calon peserta untuk mengikuti program BIPA. Sebagian mengaku karena bekerja di Yayasan Haji ASEAN yang melayani jamaah haji dan umrah asal Indonesia. Sebagian lagi mengaku sering berkunjung ke Indonesia dalam rangka liburan, dan alasan lainnya.
Memasuki usianya yang ke-14, program kursus Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) kian memikat warga Saudi. Terbukti dalam tempo dua pekan masa pendaftaran, sebanyak 262 orang mendaftarkan diri dalam program ini. Dari jumlah tersebut, 187 berwarga negara Saudi dan selebihnya warga negara asing yang tinggal dan bekerja di Jeddah, Mekkah dan kota-kota sekitarnya.
Pelaksana Fungsi Pensosbud-1, Ahmad Syofian, yang sekaligus menjadi penanggung jawab program BIPA dalam sambutannya menyampaikan, dari 262 pendaftar yang mengembalikan formulir berikut berkas persyaratan, hanya 60 calon peserta yang diterima. Hal itu, terang Syofian, didasarkan pada pertimbangan kapasitas kelas dan komitmen calon peserta yang akan mengikuti kegiatan BIPA dari awal hingga akhir.
Konsul Jenderal (Konjen) RI Jeddah Jeddah, Mohamad Hery Saripudin, dalam sambutannya mengatakan, tingginya minat Warga Saudi untuk belajar Bahasa Indonesia menandakan semakin eratnya hubungan antara Indonesia dan Arab Saudi.
"Ini membuktikan semakin populernya program BIPA di kalangan masyarakat Arab Saudi. Hal ini sekaligus menunjukkan arti penting Indonesia, baik dari aspek sosial, ekonomi, perdagangan, maupun aspek persahabatan di mata warga Arab Saudi," ucap Konjen saat membuka secara resmi kursus BIPA) di lobi utama KJRI Jeddah, Senin (18/2/2019).
Disebutkan Konjen Hery, sepanjang 2018 terdapat 1,5 juta Warga Negara Indonesia (WNI) yang berkunjung ke Arab Saudi Haji dan Umrah. Jumlah tersebut belum termasuk WNI yang datang ke Arab Saudi dalam rangka kunjungan bisnis, belajar dan bekerja. Sementara sekitar 190 ribu Warga Saudi setiap tahun berkunjung ke Indonesia.
"Kami menaruh harapan yang besar kepada Bapak-bapak, dengan mempelajari bahasa Indonesia, bapak-bapak menjadi bagian keluarga besar Indonesia di Tanah Suci, khususnya wilayah kerja KJRI Jeddah," kata Konjen.
Selain itu, Konjen berharap agar belajar bahasa dijadikan sarana untuk mengenal budaya Indonesia. Karena hal tersebut merupakan langkah awal untuk memahami secara penuh pola pikir, karekter budaya bangsa Indonesia. "Tak kenal, maka tak sayang. Dengan mengenali bahasa Indonesia, maka muncullah rasa persaudaraan dan persahabatan antara kedua bangsa," imbuh alumnus Hubungan Internasional, Fisipol, UGM ini.
Programa BIPA, sambung Konjen, merupakan bagian dari Visi2030 Arab Saudi, yang salah satu pilarnya adalah menjadikan Arab Saudi sebagai pusat masyarakat Muslim internasional. Dalam kaitan ini, Indonesia sebagai negara berpenduduk mayoritas Muslim memiliki arti penting untuk mewujudkan visi tersebut. Arti penting Indonesia bagi Arab Saudi dibuktikan dengan kunjungan Raja Salman Bin Abdulaziz ke Indonesia pada awal Maret 2017. (erwan w)